Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI Lily Chodijah Wahid meminta pemerintah berani menyatakan protes keras kepada Malaysia seiring dengan tanggapan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak terhadap surat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Tanggapan PM Najib kemarin menunjukan kita inferior di hadapan mereka serta merendahkan harga diri dan martabat bangsa. Kita harus mempunyai Presiden yang berani bertindak untuk menjaga kedaulatan dan martabat bangsa," katanya di Jakarta, Senin.
Adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan, seperti diberitakan oleh media massa di Malaysia, PM Najib meminta agar Presiden SBY untuk menertibkan demonstrasi di Indonesia.
Ia menambahkan, PM Najib juga menyatakan telah memprediksi surat yang dikirim secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa Pemerintah Indonesia minta aksi demonstrasi di Indonesia tidak dikaitkan dengan Pemerintah Indonesia.
Ia melanjutkan, PM Najib juga mengemukakan Pemerintah Indonesia sadar ada dua juta warganya yang bekerja di Malaysia dan ada investasi besar oleh perusahaan-perusahaan Malaysia (di Indonesia).
"Pernyataan itu telah menunjukkan bagaimana kita dianggap rendah oleh mereka, dan ini tidak bisa dibiarkan, kalau tidak kita akan selalu dianggap rendah," katanya.
Selain protes keras, ia meminta agar pemerintah diberi kesempatan untuk melakukan diplomasi dengan Malaysia dalam mengatasi masalah perbatasan ini.
"Kita beri dulu kesempatan diplomasi kepada pemerintah, Menteri Luar Negeri kemarin bilang akan ada pertemuan di Kinabalu dengan Malaysia pada tanggal 6 September 2010, jadi kita tunggu dulu kerja Menlu," katanya.
Ia mengatakan, apabila dalam diplomasi tersebut kinerja Menlu dinilai tidak bisa optimal, maka pihaknya akan mendorong hak interpelasi kepada pemerintah.
"Kalau ternyata diplomasi itu tidak menghasilkan sesuatu dan malah kita rugi dan malah kita inferior (lebih rendah), ya kita kan mendorong proses interpelasi, bagaimana sih pemerintah ini mempertahankan kedaulatan bangsa," katanya.
Lily menilai selama ini, Pemerintah Indonesia terlalu lamban dan tidak tegas dalam berdiplomasi sehingga seringkali dimanfaatkan oleh Malaysia dalam membina hubungan.
"Kita sepertinya tidak tegas dan lamban, hasilnya Malaysia yang arogan dan berani. Kalau seperti ini terus ya bisa hilang pulau-pulau terluar kita," katanya. (M041/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Jika upaya diplomasi gagal pasti diplomator dan presiden kita berpotensi tidak memiliki kepercayaan lagi, berhubung masalah tatanegara tersebut krusial. Sepertinya haya beberapa orang Malaysia saja yang bersikap negatif, ditunjang dengan posisi yang mendukung, pernyataannya dapat menyulut emosi kita. Tetapi banyak warga negara Malaysia yang lebih toleran. Jadi saatnya bersikap!Jaya Indonesia