Molawe, Sultra (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) H Nur Alam melepas ekspor perdana bijih nikel sebanyak 48.320 ton dengan tujuan ke Yunani milik PT Aneka Tambang (Antam) Tbk di Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin petang.
Ekspor perdana produksi nikel dalam bentuk ore (bijih) milik salah satu perusahan Badan Usaha Milikl Negara (BUMN) itu ditandai dengan penandatangan kontrak bersama antara Gubernur Sultra H Nur Alam, Direksi Pengembangan PT Antam H Tato Miraza dan Penjabat Bupati Konawe Utara Hery Heriansyah Silondae.
Dalam pengarahannya, Gubernur Nur Alam mengatakan, kehadiran PT Antam sebagai perusahan BUMN di Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara itu sangat berdampak positif dalam memberi andil terhadap pembangunan daerah khususnya pada sektor hasil tambang.
Ia mengakui bahwa, kegiatan ekspor perdana bijih nikel di Konawe Utara sebelumnya banyak melalui rintangan terutama masalah klaim atas tanah tersebut dan itu merupakan dinamika dalam persaingan dunia pertambangan di Tanah Air.
Oleh karena itu, kata gubernur, sebagai perusahaan BUMN, tidak perlu ragu melakukan kegiatan eksplorasi di Kabupaten Konut karena lahan yang awalnya sudah dikuasai lebih dari 6.000-an hektare itu tetap merupakan lahan konsesi PT Antam.
"Kalaupun akhir-akhir ini ada yang pihak lain yang mengklaim bahwa lahan yang diolah PT Antam di Desa Tapunopaka, Kecamatan Molawe itu masih dalam sengketa hukum silahkan saja, yang pasti bahwa kegiatan pengolahan tambang di lakukan PT Antam di daerah itu dianggap sah-sah saja," katanya.
Menurut Gubernur, dengan kegiatan ekspor perdana bijih nikel dalam bentuk ore itu, sesuai dengan kesepakatan, dari hasil penjualan itu, pemerintah akan mendapat bayaran sebesar 1,5 dollar AS setiap satu ton hasil produksi.
Direktur Pengembangan PT Antam Tato Miraza mengatakan, potensi produksi biji nikel di Kabupaten Konawe Utara direncanakan terkira mencapai 1,5 juta ton per tahun dari keseluruhan jumlah sumber daya biji nikel yang diperkirakan mencapai 7,1 juta WMT.
Kadar tertinggi biji nikel rata-rata mencapai 2,3 persen, namun sekitar 43,7 juta WMT biji nekel itu berkadar rendah yaitu sekitar 1,6 persen. Luas konsesi pertambahan yang dimilik PT Antam mencapai 6.213 hektare, dengan investasi yang akan digunakan sekitar Rp75 miliar lebih.
Menurut Tato, untuk pertama kalinya PT Antam mengeskpor nikel di Kabupaten Konawe Utara dalam bentuk ore ke Eropa karena selama ini nikel yang diekspor ke luar negeri, seperti China, Jepang dan Korea Selatan sudah dalam bentuk fero nikel yang sudah diproses melalui industri nikel milik PT Antam di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sultra.
"Kita mengkespor nikel dalam bentuk bijih ini, karena di Konawe Utara kita belum mendirikan industri nikel. Dan tidak tertutup kemungkinan, bila kegiatan ekspor ini terus berlanjut dan harga nikel terus naik maka tentu perusahan akan memikirkan untuk mendirikan pabriknya," katanya.
Ia menambahkan, PT Antam memilih mengekspor dalam bentuk ore itu, karena lebih menguntungkan, bila dibandingkan dengan mengangkut ore tersebut ke lokasi industri di Pomalaa.
"Jadi sebelum kita mendirikan industri di Konawe Utara, produksi nikel akan tetap kita ekspor dalam bentuk ore," katanya.
Penjabat Bupati Konawe Utara, Hery Heriansyah Silondae mengatakan menyambut baik kegiatan ekspor perdana yang dilakukan PT Antam itu.
"Dengan kehadiran perusahaan tersebut, tentu akan berdampak positif bagi pemerintah dan masyarakat, baik dari sisi pembangunan daerah juga yang lebih utama adalah terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat di kabupaten itu.
Berdasarkan informasi, perusahaan yang baru membuka kegiatannya beberapa bulan terakhir telah merekrut tenaga kerja lokal sedikitnya 250 orang dari rencana bila industri pabriknya terealisasi maka akan terserap lebih dari 2.000 tenaga kerja.(A056/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010