Gianyar (ANTARA News) - Serpihan kerangka manusia ditemukan dalam peti jenazah terbuat dari batu yang disebut sarkofagus yang ditemukan di Subak Saba, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali.

"Setelah sarkofagus berhasil kami buka pada Senin (30/8) pagi ternyata isinya serpihan tulang belulang manusia yang diperkirakan hidup pada zaman prasejerah," kata Ketua Tim Peneliti sarkofagus kawasan situs Desa Keramas, Dewa Kompyang Gede, Senin.

Ia memperkirakan jenazah itu sebelumnya dikubur dalam peti batu itu dengan posisi telungkup. Hal ini dilihat dari ukuran sarkofagus yang termasuk type kecil. "Kami sangat susah menentukan jenis kelamin dari kerangka itu karena kondisinya sudah remuk," katanya.

Ia menambahkan, kalau jenis tulang pihaknya masih bisa mengidentifikasi. "Kami masih mengumpulkan tulang remuk itu, setelah itu baru kami teliti," ucapnya.

Ia menceritakan sebelumnya dua buah peti kubur dari batu ditemukan oleh penggali batu batu di Subak Saba, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh. Satu buah sarkofagus sudah ditemukan dalam keadaan terbuka pada hari Sabtu (28/8) lalu, dan ditemukan kerangka manusia utuh dengan posisi terlentang. Selain sarkofagus juga ditemukan kendi tua di sebelah tengkorak manusia itu.

Ia menambahkan sedangkan satu sarkofagus lainnya yang ditemukan dekat kerangka manusia utuh itu masih belum dibuka.

Sementara itu, seperti yang diungkapkan oleh peneliti lainnya dari Badan Arkeologi Denpasar, Dra Ayu Kusumawati berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, dua sarkofagus yang ditemukan memiliki ukuran berbeda.

"Sarkofgus yang utuh merupakan peti mati tipe kecil dengan ukuran panjang 150 cm dan lebar 50 cm. Sedangkan sarkofagus yang sudah dibuka, memiliki ukuran panjang 100 cm dengan lebar kurang lebih 12 cm," katanya

Mengenai umur sarkofagus itu, Ayu Kusumawati memperkirakan sudah ada sejak 2.000 tahun yang lalu atau sejak zaman prasejarah. "Pada zaman itu manusia telah mengenal masa perundagian serta alat logam. Hal ini dibuktikan dengan adanya tonjolan wajah manusia atau kedok yang mirip kura-kura pada bagian ujung sarkofagus yang kini ditemukan," ucapnya.

Selain telah mengenal logam, sambung Kusumawati, pada zaman itu juga sudah dikenal dengan istilah gotong royong dan rasa persatuan dan kesatuan.

Ia menjelaskan, biasanya pemakaman dengan sarkofagus itu diperuntukkan kepada orang yang berpengaruh pada zaman itu. "Hanya kaum bangsawan dan orang yang berpengaruh yang menggunakan peti kubur semacam itu," jelasnya.

Saat ini, kata Kusumawati, pihaknya bersama petugas lain masih melakukan penelitian lebih lanjut soal penemuan dua sarkofagus itu.
(ANT/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010