Denpasar (ANTARA News) - Sunarto, seorang letnan kolonel Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) warga Asrama Rindam IX/Udayana di Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, mendapatkan hak cipta atas karya rekaman buku video berjudul Dokumen Nusantara Sejuta Masalah Bangsa Satu Solusi.
"Saya juga tidak menyangka, permohonan hak cipta Nomor C00200802737 sejak 31 Juli 2008 yang sudah sempat saya lupakan setelah sekian lama tidak ada kabarnya itu, ternyata dua tahun kemudian terbit," kata Sunarto di Denpasar, Minggu.
Saat berbincang-bincang dengan ANTARA News, pria kelahiran Tanjung Karang, Lampung, 18 November 1966 itu menyebutkan bahwa video book tersebut mengupas perjalanan kepemimpinan Indonesia yang setiap berganti presiden, maka juga akan ganti kebijakan.
Akibatnya, apa yang telah dibangun oleh pemimpin terdahulu, seolah tiada guna. "Atas dasar keprihatinan itu, saya di sela-sela waktu dinas mencoba menyusun naskah untuk rekaman video yang berisi pentingnya disusun visi bangsa sebagai dasar dalam membangun negeri ini," katanya.
Setelah karya rekaman video tersebut rampung dan diberi judul Dokumen Nusantara, Sejuta Masalah Satu Solusi, kemudian didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM sesuai Undang Undang No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
"Dokumen Nusantara" itu masuk daftar umum ciptaan dengan nomor pendaftaran 045163 dan masa berlaku 50 tahun, sesuai surat yang ditandatangani oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang Aray Ardanta Sigit, M.Sc.
Sunarto yang sejak 2006 menjabat Kepala Bagian Pendidikan Rindam IX/Udayana, berharap akan ada perusahaan yang bersedia mendukung untuk memproduksi dan memasarkan karyanya tersebut ke seluruh Indonesia.
Ia berharap karyanya yang menyoroti masalah "ganti presiden, ganti kebijakan", sehingga perlu dirumuskan penyusunan "visi bangsa" yang melibatkan semua komponen di negeri itu, dapat segera diluncurkan.
"Jika video book ini bisa cepat menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, mudah-mudahan akan semakin kuat dorongan untuk menyusun `visi bangsa` yang nantinya menjadi acuan dalam penyusunan visi bagi setiap calon presiden," ujar suami Elly Susanti yang memiliki tiga orang anak itu.
Dalam penutup buku video dengan durasi 38 menit itu dipaparkan kata-kata "Dulu negara-negara merdeka telah menginspirasi kita untuk keluar dari belenggu penjajahan. Akhirnya kita merdeka. Hal itu pun menginspirasi Malaysia, yang merdeka 12 tahun kemudian, pada 31 Agustus 1957".
Kemudian, kini, negara-negara maju stabil dalam pemerintahan dan perekonomian. Hal itu menginspirasi Malaysia untuk merumuskan visi bangsanya pada 2005. "Dulu Malaysia belajar pada Indonesia, namun kini dalam proses perumusan visi bangsa, tidak ada salahnya kalau kita belajar dari Malaysia".
Demikian cuplikan karya Sunarto yang pada 2000-2001 bertugas di daerah konflik sebagai Wadan Yon Lintas Udara 733/Masariku, Ambon, dan 2001-2002 dipercaya menjabat Kepala Staf Kodim (Kasdim) Ambon.
(ANT/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010