Jakarta (ANTARA) - IPB University memperbarui kerja sama dengan Center for International Forestry Research – World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) dalam rangka memfasilitasi pertukaran sumber daya dan berbagi praktik penelitian seputar degradasi lahan dan pengurangan habitat.

"Saya sangat mengantisipasi untuk terlibat dalam berbagai kegiatan tambahan di masa depan sebagai hasil dari kolaborasi ini dan saya menantikan transformasi pendidikan tinggi yang lebih positif dalam hal pembelajaran, penelitian, inovasi dan pengabdian masyarakat," kata Rektor IPB University Profesor Arif Satria, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Upaya menjalin hubungan kerja sama yang baru dengan CIFOR-ICRAF dilaksanakan oleh IPB University melalui virtual meeting bersama, Selasa (4/5).

Pertemuan tersebut merupakan upaya yang diusahakan oleh Dr Mohamad Hery Saripudin dari Kedutaan Besar Indonesia di Nairobi, Kenya.

Arif Satria sangat menyambut baik pertemuan tersebut demi memulai kerja sama yang baru. Ia yakin bahwa kedua institusi akan memiliki peluang kerja sama yang luar biasa.

IPB University sendiri telah dikenal aktif dalam menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperluas dampak lokal, regional dan global.

Pada 2016, IPB University telah memperbaharui nota kesepahaman 997 dalam tema kerja sama ilmiah dan teknis, namun nota tersebut akan kedaluwarsa pada 20 Juli 2021, sehingga IPB University berkeinginan untuk memperbaharui serta melibatkan pusat penelitian CIFOR-ICRAF.

Menurut Arif, pihaknya akan berupaya untuk memfasilitasi pertukaran sumber daya dan berbagi praktik penelitian yang terbaik.

Direktur Eksekutif CIFOR-ICRAF Dr Tony Simons, dalam sambutannya mengapresiasi Dr Mohamad Hery untuk mendorong kerja sama antara Indonesia dan Kenya maupun dengan negara lainnya di Afrika.

Sebagai insitusi penelitian, CIFOR-ICRAF juga memiliki berbagai fasilitas dan sumber daya yang cukup mumpuni untuk dapat melakukan kerja sama secara luas.

Ia juga menyebutkan, dengan adanya kesempatan Indonesia dalam mengambil alih posisi tuan rumah untuk G20 tahun depan, menjadikan Indonesia semakin berkembang dan banyak peluang yang dapat ditawarkan. Sehingga menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk "unjuk gigi".

Salah salah satu inisiatif G20 tahun lalu, kata Tony, yakni mengurangi degradasi lahan dan pengurangan habitat yang dideklarasikan oleh Saudi Arabia.

“UNCCD (United Nations Convention to Combat Desertification) telah mengomisikan CIFOR-ICRAF untuk memimpin strategi pembangunan dan rencana operasional tiga tahun. Sehingga saya berpikir hal tersebut dapat menjadi kesempatan yang baik untuk membawa pakar dari IPB University dalam hal konsultasi untuk melakukan inisiatif co-branded bagi Indonesia dan Afrika melalui dorongan Dr Hery sebagai Duta Besar Indonesia di Kenya," katanya.

Tony menambahkan Indonesia memiliki populasi dan konstruksi sosial yang besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu memberikan pandangan pada dunia mengenai penggunaan lahan dan tutupan lahan.

Dengan berbagai sumber daya yang ada, katanya, hubungan kerja sama antara CIFOR-ICRAF dan IPB University juga menjadi peluang yang baik untuk memberikan dampak positif pada dunia.

Berbagai bentuk aktivitas kerja sama dapat dilakukan untuk mendorong kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka, misalnya melalui kuliah tamu dengan mengundang peneliti CIFOR-ICRAF.

Kolaborasi juga turut diharapkan bersama Fakultas Kehutanan IPB University Sektor Agroforestri, baik dalam bentuk kerja sama penelitian maupun joint publication.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021