Yangon (ANTARA News) - Junta militer Myanmar melakukan perombakan posisi lebih dari 70 perwira angkatan daratnya (AD).

Perombakan itu merupakan yang terbesar dalam beberapa dasawarsa terakhir, kata seorang perwira militer Myanmar, Sabtu.

Berita yang datang dari Myanmar, Jumat, menyebutkan, beberapa pemimpin senior negara itu, termasuk perwira nomor tiga angkatan darat Thura Shwe Mann, termasuk di antara mereka yang diganti.

Thura Shwe Mann sendiri sudah pensiun dari jabatan militernya untuk kemudian bertarung dalam Pemilu 7 November 2010.

"Lebih dari 70 orang perwira senior militer diganti. Kami bisa katakan bahwa inilah pergantian terbesar dalam tubuh militer dalam beberapa dasawarsa," kata seorang perwira militer Myanmar.

Ia mengatakan, para pemimpin Myanmar sudah merencanakan sejak lama untuk menjaga "militer aktif dengan generasi baru".

Akademisi Myanmar di Thailand, Win Min, sependapat bahwa perombakan ini merupakan yang terbesar sejak 1988.

Sejumlah laporan berita awal hari Jumat menyebutkan, Pemimpin Junta Militer Myanmar Than Shwe yang sudah berkuasa sejak 1992 dan orang nomor dua, Maung Aye, sudah mengundurkan diri dari dinas angkatan darat.

Namun laporan ini dibantah seorang pejabat pemerintah yang dekat dengan rezim militer itu.

Dalam penjelasannya, ia mengatakan, Than Shwe (77) dan wakilnya itu "tidak mungkin segera pensiun".

"Perintah belum ada secara tertulis sekalipun mereka sudah merencanakannya. Mungkin saja itu terjadi setelah Pemilu," katanya.

Perombakan posisi militer Myanmar itu tidak secara resmi diumumkan media dan stasiun TV negara.

Perombakan jabatan dalam angkatan bersenjata Myanmar itu terjadi menjelang penyelenggaraan Pemilu pertama negara itu sejak Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi menang telak dalam Pemilu tahun 1990 namun ditolak junta militer yang berkuasa.

Kelompok kritis dan kalangan Barat menuding Pemilu November 2010 yang memberi jaminan bahwa seperempat kursi legislatif akan diberikan kepada angkatan darat itu hanya pesta demokrasi "pura-pura".

Pemilu tersebut, menurut mereka, hanya bermaksud untuk memberikan topeng sipil ke wajah junta militer di negara itu.
(R013/S008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010