Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar menilai pembangunan jalur MRT Jakarta Fase 2 yang membentang dari Bundaran HI hingga Ancol Barat lebih menantang daripada pembangunan pada Fase 1.
William menjelaskan selain karena keseluruhan proyek dikerjakan di bawah tanah (underground), struktur tanah di kawasan utara Jakarta juga menjadi tantangan bagi pembangunan MRT Jakarta Fase 2 yang membentang sepanjang 11,8 kilometer tersebut.
"Fase 1 itu ada 'elevated', ada 'underground', kalau fase 2 itu underground' semua sehingga jauh lebih sulit. Kita melalui masuk ke kawasan utara Jakarta di mana konstruksi tanahnya juga lembek dan terjadi penurunan muka tanah," kata William kepada Antara di area proyek Stasiun MRT Thamrin Jakarta, Jumat.
William menuturkan bahwa pembangunan Fase 2A juga melintasi banyaknya bangunan cagar budaya yang harus diperhitungkan agar tidak terjadi penurunan bangunan dan tetap terkonservasi dengan baik.
Salah satu contoh cagar budaya tersebut, yakni Menara Jam Thamrin, bangunan kebanggaan Jakarta sekitar tahun 1960-an tersebut, nantinya akan direlokasi selama pembangunan Stasiun MRT Thamrin.
Selain itu, pembangunan Fase 2 juga melalui objek vital negara, seperti Monas, gedung-gedung kementerian, hingga Istana Negara. Oleh sebab itu, aktivitas saat proyek berlangsung dan selesai, harus memperhitungkan kondisi lalu lintas.
"Pada saat proyek berjalan, karena ini jalan protokol utama, 'traffic' tidak boleh terganggu, makanya rapih ini. Harus ada izin, pengumuman ke publik setiap kali ada rekayasa lalu lintas," ujar pria yang akrab disapa Willy tersebut.
Seperti diketahui, pembangunan Fase 2 terdiri dari dua tahap, yaitu fase 2A dan fase 2B. Fase 2A terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yakni Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota dengan total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer.
Sementara Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah, yakni Mangga Dua dan Ancol, serta satu depo di Ancol Barat dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer.
Sejauh ini, pekerjaan konstruksi untuk CP201 atau Stasiun Thamrin dan Monas telah mencapai 16,5 persen per Mei 2021. MRT menegaskan bahwa pekerjaan paket CP 201 masih sesuai dengan target, yakni mulai beroperasi pada Maret 2025.
"Kita lihat 'schedule' masih 'on the right track'. Kita rencanakan di akhir tahun 2021 ini mencapai 23 persen," tutur Willy.
Baca juga: Artefak bersejarah dari konstruksi MRT akan dipamerkan ke publik
Baca juga: Pembangunan Stasiun MRT Thamrin-Monas capai 16 persen
Baca juga: PLN merelokasi kabel bawah tanah Ketapang-Mangga Besar
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2021