Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Ultra Indonesia kembali menggelar program FoodStartup Indonesia (FSI) yang memberikan pengembangan kapasitas serta akses pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif bidang kuliner, khususnya pelaku startup UMKM kuliner tanah air.
Bergulirnya kembali FoodStartup Indonesia ditandai dengan resmi dibukanya tahapan open submission bagi peserta mulai 24 Mei hingga 6 Juni 2021 melalui situs www.foodstartupindonesia.com.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam keterangan resmi yang diterima Jumat, mengatakan setiap tahun jumlah pendaftar open submission FoodStartup Indonesia terus bertambah. Hal itu menunjukkan antusiasme yang tinggi dari pelaku ekonomi kreatif bidang kuliner dalam mengembangkan potensi dan kapasitas dengan memaksimalkan kesempatan yang ada.
Baca juga: Teten gandeng aktivis brand lokal dongkrak citra UKM kuliner
“Antusiasme jumlah pendaftar FSI menunjukkan hal yang sangat menggembirakan. Tahun lalu jumlah pendaftar yang masuk mencapai 6.499 pendaftar. Angka ini merupakan gambaran bahwa pemerintah terus melakukan upaya pengembangan ekosistem subsektor kuliner Indonesia meski di tengah masa pandemi sekalipun," kata Menparekraf Sandiaga Uno.
Sejak pertama kali dilaksanakan 2016 hingga tahun lalu, jangkauan peserta FSI juga semakin luas dan kompetitif. Tahun lalu demografi peserta berasal dari 26 provinsi.
"Jumlah peserta tahun ini diperkirakan akan bertambah dibanding tahun lalu," kata Sandiaga.
Pada tahapan open submission calon peserta akan memulai seleksi administratif yang dilakukan melalui laman www.foodstartupindonesia.com. Selain kelengkapan dokumen, beberapa persyaratan yang diminta yaitu aspek investabilitas, sustainability, dan inovasi dari usaha yang dijalankan peserta.
Seluruh peserta juga diharapkan dapat menunjukkan strategi penguasaan penggunaan dana dan proyeksi keuntungan dari pengembangan usaha yang dijalankan. Seluruh peserta selanjutnya wajib mengisi fact sheet selengkap mungkin di tahap awal ini.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo, mengatakan, meski selalu menjadi primadona, tantangan dan potensi FoodStartup Indonesia masih sangat besar.
"Untuk itu persyaratan dan penilaian FSI juga semakin ditingkatkan. Hal ini ditujukan agar subsektor ekraf kuliner bisa menjadi inspirasi bagi pelaku ekraf lain agar terus bertahan dari ancaman krisis pandemi,” kata Fadjar Hutomo.
Direktur Akses Pembiayaan, Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim, menjelaskan, penyelenggaraan FSI tahun ini juga menawarkan inovasi kepada peserta, seperti yang dilakukan pada setiap tahunnya. Pada tahun ini panitia mengelompokkan peserta ke dalam dua kelompok yaitu Early Stage dan High Growth.
Pada kelompok Early Stage, pendaftar harus membuktikan memiliki omset minimal Rp300 juta selama 12 bulan dengan pengajuan bantuan permodalan tidak melebihi Rp500 juta. Sementara untuk kategori High Growth, pendaftar harus membuktikan memiliki omset minimal Rp500 juta selama 12 bulan dengan pengajuan bantuan permodalan maksimal Rp10 miliar.
Selain itu, penyelenggaraan FSI tahun ini juga mewajibkan persyaratan khusus yaitu kepemilikan status badan hukum berupa CV atau PT bagi kategori Early Stage maupun High Growth.
“Selain pemerataan kesempatan yang lebih adil pada masing-masing kelompok, kepesertaan tahun ini juga akan jauh lebih akuntabel baik dari segi administratif maupun strategi pengembangan usaha yang diajukan. Sehingga nantinya penerima manfaat program ini betul- betul tepat sasaran”, terang Hanifah Makarim.
Dari jumlah total pendaftar dalam open submission, akan dijaring menjadi 1.000 peserta yang berkesempatan mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Peserta yang lolos diwajibkan menyiapkan pitch deck yang menarik dan informatif untuk dikurasi tim ahli.
Selama proses kurasi dan seleksi, FSI selalu melibatkan para ahli subsektor kuliner seperti chef, praktisi kuliner, business development perusahaan, dan investor terkait pengembangan bisnis model usaha peserta.
Nantinya, peserta yang masuk seleksi 100 besar berhak untuk mengikuti Demoday dan berkesempatan mengikuti direct mentoring, business coaching, akses permodalan, sekaligus pemasaran. Sedangkan pada aspek jenis pendanaan, FSI menawarkan beberapa bentuk antara lain bank, equity, fintech, profit sharing dan lembaga pinjaman lainnya.
"Penyelenggaraan FSI tahun ini masih akan mengikuti standar protokol kesehatan yang ketat sejak Kick Off program hingga Demoday nanti," kata Hanifah Makarim.
Baca juga: Pelaku kuliner difasilitasi kembangkan bisnis jadi "foodstartup"
Baca juga: Kemenparekraf dorong wirausaha kuliner jadi "food startup"
Baca juga: Bekraf luncurkan platform digital Food Startup Indonesia
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021