Jakarta (ANTARA News)- Pekan depan, Presiden AS Barack Obama akan menyatakan akhir dari operasi tempur Amerika Serikat di Irak dengan satu pidato dari Ruang Oval, Gedung Putih, setelah tujuh tahun militer AS menjejakkan kaki di Irak.  

300 tentara dari 4th Stryker Brigade sedang dalam perjalanan pulang sekarang, mereka adalah pasukan tempur terakhir AS yang meninggalkan Irak.

Mereka meninggalkan sebuah negara yang tetap saja belum mempunyai pemerintahan yang berfungsi dengan efektif dan sedang menghadapi rangkaian kekerasan.

Dalam waktu 48 jam saja, demikian kutip ABC News (www.abc.net.au) puluhan orang meninggal dalam serangkaian bom bunuh diri yang terkoordinasi rapi.

"Ini sedikit bisa diprediksi karena beberapa faksi di Irak berusaha memanfaatkan yang mereka lihat sebagai masa peralihan, untuk merusak kemajuan yang telah dicapai di wilayah itu," kata Mark Toner, juru bicara departemen luar negeri AS.

"Secara keseluruhan tujuan kita adalah untuk terus mengurangi kekerasan dan semakin stabil," sambung Toner kemudian.

Minggu depan Presiden Obama akan menandai berakhirnya operasi tempur di Irak tetapi Wakil Presiden Joe Biden mengatakan itu tidak berarti misi mereka telah diselesaikan.

"Menarik mundur pasukan kita di Irak tidak berarti kita berpisah dari Irak. Faktanya, yang terjadi sebaliknya," ujar Biden.

"Kita sedang dalam proses mengikuti proposal hubungan jangka panjang Presiden (George W) Bush," Biden melanjutkan.

Sementara itu, Joe Carfano dari Heritage Foundation, lembaga think tank kaum konservatif AS, berharap Obama juga membicarakan tentang Afghanistan dalam pidatonya nanti.

"Apa yang harus ia katakan adalah: Dengar, ada pelajaran yang harus dipetik dari Irak -bahwa Anda tidak bisa mengalahkan para pembangkan- itu tidak benar," tegas Carfano.

Menurut Carafano, Obama akan menghindari menyebut misi tersebut selesai.

"Saya pikir itu adalah masalah yang besar baginya dan sekali lagi itu akan menjebak agar Anda gagal. Segera setelah Anda mengatakan misi itu telah terlaksana maka musuh-musuh Anda akan tampil dan membunuh sepuluh orang, dan misi itu kini tidak lagi selesai," Carfano meneruskan.

"Jadi jika  melakukan itu Anda adalah musuh tersulit bagi diri Anda sendiri. Truman mencoba untuk menghindari itu setelah Perang Dunia II dengan membuat deklarasi yang dikenal dengan nama Doktrin Truman," papar Carfano.

"Itu adalah cara untuk mengatakan, 'Maafkan saya. Ini belum berakhir. Kita masih harus mempertahankan kebebasan. VJ Day (hari kemenangan atas Jepang) memang manis tetapi VJ Day telah berakhir," Carfano kembali berkisah.

"Isyarat sebenarnya dari Doktrin Truman adalah mengatakan kepada warga Amerika bahwa, Anda tahu, sekarang saatnya untuk tantangan baru. Seperti sebuah 'century' dalam permainan cricket. Kita memenangi sebuah laga Test tetapi besok kita harus bangun dan kembali bermain," Carfano menggunakan perumpamaan dari olah raga Cricket.

'Century' adalah istilah  jika seseorang telah mencetak seratus angka dalam sebuah laga. Test adalah waktu terpanjang dalam memainkan sebuah laga Cricket, yakni memakan waktu lima hari, dengan tiga babak setiap harinya.

Carfano tidak lupa mengingatkan, berpidato dari Ruang Oval tidak akan membuat Obama merebut banyak suara.

"Itu tidak akan membuat pekerjaannya lebih mudah. Tetapi itu adalah sebuah pidato yang penting dan jujur saja saya akan menyalahkan Presiden cuma bisa berpidato," pungkas Carafano.
(Ber/A038/BRT)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010