Proyek yang dinamakan Pengembangan Ramah Lingkungan dengan Aneka Pemanfaatan Jarak Pagar di Indonesia itu akan berjalan selama tiga tahun, yakni dari 2008-2011, kata Direktur Eksekutif Asian People's Exchange (Apex), Nao Tanaka di Maumere, Kamis.
Dia mengatakan penyelenggaraan proyek itu atas kerja sama Yayasan Dian Desa dengan Apex (lembaga swadaya masyarakat Jepang) dengan dukungan dana bantuan dari kementerian luar negeri Jepang - yang disalurkan lewat Kedutaan Besar Jepang di Indonesia.
"Dana yang sudah terkucur hingga tahun kedua ini berkisar Rp 7 miliar lebih," kata Tanaka.
Dipilihnya NTT, khususnya Kabupaten Sikka karena termasuk daerah kering dan mempunyai lahan kritis cukup luas.
NTT juga dikenal sebagai daerah tertinggal di Indonesia , dan taraf hidup masyarakatnya masih relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah lain. Sementara tanaman jarak pagar cocok dikembangkan di NTT, karena merupakan tanaman bertahan kering dan dapat tumbuh di lahan kritis, kata Tanaka.
Tanaka berharap, lewat program itu selain dapat menciptakan lapangan kerja baru juga setidaknya dapat meningkatkan SDM bagi masyarakat Kabupaten Sikka.
Bibit berkualitas
Kegiatan proyek tersebut antara lain memproduksi bibit jarak pagar berkualitas lewat cloning (sistem klon dari pohon unggul).
Selain itu, melakukan penghijauan lahan kritis, memproses biji jarak untuk memproduksi minyak sebagai pengganti solar, memanfaatkan limbah jarak seperti ampas sebagai bahan gasifikasi untuk pembangkit listrik atau bahan kompos
Dan memanfaatkan energi pembuangan dari proses pengolahan jarak untuk desalinasi air laut menjadi air tawar, kata Tanaka. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010