Jakarta (ANTARA News) - Dirut PT Bank Syariah Mandiri (BSM) Yuslam Fauzi memperkirakan bisnis syariah di dalam negeri saat ini sudah tumbuh sebesar tiga persen meski masih jauh dari target yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar lima persen.

"Kami optimis bisnis syariah sudah tumbuh sebesar tiga persen lebih baik dari sebelumnya, walaupun belum mencapai target yang ditetapkan Bank Indonesia, tapi mengalami kemajuan," katanya usai buka puasa bersama di Jakarta, Rabu.

Yuslam Fauzi mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan bisnis syariah lebih besar lagi maka diperlukan kematangan masyarakat terhadap bisnis syariah ini.

Selain itu juga bertambahnya pemain baru akan mendorong bisnis syariah semakin berarti, katanya.

Ditanya bisnis di dalam negeri melambat dibanding di Malaysia, menurut dia bisnis syariah di dalam negeri tumbuh cukup baik,

Kalau dibanding dengan luar negeri memang larinya kurang cepat, karena bisnis ini belum lama diperkenalkan kepada masyarakat luas, katanya.

Menurut dia, bisnis syariah perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat berkembang lebih baik dengan melakukan perubahan-perubahan yang berarti.

Pemerintah sebenarnya sudah memberikan dukungan namun pasar masih belum mengikutinya secara optimal, katanya.

Sementara itu, Direktur Mikro PTBSM, Hanawijaya mengatakan, BSM sudah menyalurkan kredit ke Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sampai Agustus 2010 sebesar Rp350 miliar.

Penyaluran kredit sebesar diperkirakan dua bulan akan dapat mencapai Rp500 miliar sesuai target yang ditetapkan pada 2010, katanya.

Menurut dia, BSM pada 2011 akan mentargetkan penyaluran kredit ke UKM sebesar Rp1 triliun atau 100 persen dibanding tahun ini, karena bisnis di UKM sangat besar.

BSM saat ini menyalurkan kreditnya ke perdagangan, dan industri kecil, ujarnya.

Hanawijaya lebih lanjut mengatakan, management BSM saat ini memfokuskan ke sektor pertanian, pangan dan otomotif.

Disektor pertanian masih permintaan kredit, meski perbankan kurang menyukai penyaluran kredit ke sektor tersebut, katanya.

BSM juga akan berusaha membuka sektor properti yang terlihat mulai membaik pertumbuhan seperti memberikan kredit Kepemilikan Rumah (KPR).(*)

(T.H-CS/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010