Yogyakarta (ANTARA News) - Penulis buku bahasa Inggris selama ini hanya menekankan pembelajaran pada penghapalan ekspresi tanpa memperhatikan konstruksi kalimatnya, kata dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Endro Dwi Hatmanto.
"Jika hanya menghapal ekspresi, pembelajar tidak akan produktif dalam berbicara karena terpaku pada ekspresi-ekspresi yang tertulis dalam buku bahasa Inggris," kata Endro pada diskusi buku karyanya berjudul "The Magic of Speaking English" di Yogyakarta, Selasa.
Ia mengatakan, pentingnya bahasa Inggris kini membuat orang berlomba untuk belajar dan menguasai bahasa internasional tersebut. Namun, dalam pembelajaran bahasa Inggris sering didapati kesalahan paradigma.
"Kesalahan yang sering terjadi di kalangan masyarakat Indonesia khususnya pelajar adalah menggunakan struktur bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, paradigma para pembelajar harus diubah, yakni tidak menggunakan struktur bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
"Penggunaan struktur bahasa Inggris yang salah misalnya `kemarin kamu membeli apa?`, dan ketika diubah ke dalam bahasa Inggris menjadi `yesterday you buy what?`. Kalimat itu tentu saja salah berdasarkan gramatikal bahasa Inggris," katanya.
Ia mengatakan, buku karyanya itu juga disiapkan untuk tes "International English Language Training System" (IELTS) khususnya persiapan berbicara.
Skor IELTS merupakan salah satu persyaratan penting bagi seseorang yang hendak mendapatkan beasiswa belajar ke luar negeri sehingga perlu pembelajaran yang khusus untuk menghadapi tes tersebut.
Menurut dia, salah satu ujian di IELTS yang dibahas dalam buku itu adalah diskusi tentang berbagai topik kemasyarakatan, politik, ekonomi, sejarah, dan sosial.
"IELTS tidak lagi berada pada tataran ekspresi, maka penggunaan struktur dalam berbicara bahasa Inggris perlu ditingkatkan. Dengan demikian, kemampuan berbicara Inggris juga semakin lancar," katanya.(*)
(U.B015/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010