Kalau perlu ada perubahan kebijakan moneter, kita masih bisa mengulik likuiditas dan instrumen-instrumen lainnya sebelum memutuskan suku bunga

Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan salah satu faktor penentu kebijakan penyesuaian suku bunga acuan pada sisa tahun 2021 adalah pergerakan inflasi yang diperkirakan masih melambat hingga akhir tahun.

"Kami masih pertahankan, sampai inflasi ada tanda-tanda kenaikan. Kenaikan (inflasi) itu paling cepat awal tahun depan," kata Perry dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.

Perry menegaskan instrumen inflasi tersebut bukan satu-satunya faktor penentu kenaikan suku bunga acuan karena BI memiliki instrumen moneter lainnya untuk menjaga kinerja perekonomian.

Baca juga: BI yakini penyaluran kredit perbankan tumbuh mulai triwulan II 2021

Menurut dia, pergerakan suku bunga acuan juga bergantung dengan seberapa cepat pemulihan ekonomi, permintaan kredit perbankan dan pengaruh ekspansi kebijakan moneter ke inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau perlu ada perubahan kebijakan moneter, kita masih bisa mengulik likuiditas dan instrumen-instrumen lainnya sebelum memutuskan suku bunga. Kita akan ekstra hati-hati," ujarnya.

Selain itu, ia memastikan bank sentral akan terus memantau seluruh indikator makro ekonomi serta bersinergi dengan otoritas terkait untuk selalu menjaga stabilitas sistem keuangan.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode 24-25 Mei 2021 memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI Seven Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 3,5 persen.

Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah serta upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Dalam kesempatan itu, bank sentral juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility tetap sebesar 4,25 persen.

Baca juga: BI rencanakan penerbitan mata uang rupiah digital
Baca juga: Pembelian SBN oleh BI untuk pembiayaan APBN capai Rp108,43 triliun

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021