Penggunaan B30 sejak implementasinya pada 1 Januari 2020 terbilang sukses karena sampai saat ini belum ditemukan keluhan yang berarti di lapangan....
Jakarta (ANTARA) - Kedeputian Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset, dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan kegiatan kunjungan kerja ke salah satu unit Kementerian ESDM, Balitbang Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi (P3TEK) untuk membahas energi baru terbarukan.
Beberapa hal yang menjadi fokus diskusi dalam kunjungan tersebut antara lain terkait kegiatan riset biodiesel, riset green gasoline, riset konservasi dan efisiensi energi baru terbarukan (EBT) dalam mendukung pencapaian target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) bauran energi primer 23 persen dan kebijakan insentif pajak (super deduction tax).
“Penggunaan B30 sejak implementasinya pada 1 Januari 2020 terbilang sukses karena sampai saat ini belum ditemukan keluhan yang berarti di lapangan, di samping itu penggunaan biodiesel memberikan dampak positif, yaitu meningkatkan ketahanan energi, mengurangi impor, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan energi fosil,” ujar Asisten Deputi Minyak dan Gas Pertambangan dan Petrokimia Andi Novianto.
Baca juga: Pemerintah identifikasi potensi energi terbarukan di daerah terpencil
P3TEK pun telah menerbitkan hasil kajian riset biodiesel melalui buku “Biodiesel, Jejak Panjang Sebuah Perjuangan” pada 29 April 2021 lalu. Buku tersebut memberikan gambaran mengenai kisah perjalanan biodiesel di Indonesia mulai dari awal dirintis hingga persiapan menuju keberhasilan implementasi.
Sebelum diimplementasikan, P3TEK telah dilakukan riset biodiesel yang cukup panjang mulai dari laboratorium hingga uji jalan.
Saat ini P3TEK sedang melakukan proses kajian efisiensi penggunaan biodiesel di Genset dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan dengan melibatkan stakeholder terkait kegiatan riset tersebut.
Selain itu, P3TEK juga sedang melakukan riset teknologi proses Green Gasoline berbahan baku Crude Palm Oil (CPO). Kemudian riset efisiensi EBT lainnya adalah terkait kendaraan listrik (modifikasi kendaraan bensin roda dua menjadi motor listrik), baterai kendaraan listrik, kompor listrik dan lampu LED.
Baca juga: Indonesia lirik hidrogen sebagai potensi energi baru terbarukan
Lebih lanjut Andi menyampaikan bahwa isu pangsa pasar atas harga dan daya saing produk menjadi tantangan dalam pengembangan EBT ke depan, khususnya seberapa besar upaya pemerintah dalam melindungi produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk-produk impor.
“Beberapa isu penguatan regulasi atau kebijakan terkait pengembangan kendaraan listrik di antaranya terkait kebijakan penetapan harga dan standar kendaraan listrik, pengaturan modifikasi kendaraan, Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik (SPKLU per Kwh), investasi dan pengembangan industri baterai kendaraan listrik,” ujar Andi.
Tidak hanya itu, P3TEK juga tengah mengembangkan kompor induksi listrik agar konsumen dapat merasakan efisiensi biaya dan kenyamanan setara dengan kompor LPG. Penggunaan kompor induksi yang saat ini mempunyai daya tinggi akan terus ditingkatkan efisiensinya sehingga biaya yang akan dikeluarkan oleh konsumen khususnya di tingkat rumah tangga dapat ditekan.
“Hal ini menjadi penting dalam upaya melindungi produk dalam negeri dalam bersaing dengan produk impor. Edukasi masyarakat juga terus dilakukan dengan memberikan contoh-contoh dari hasil-hasil riset dan inovasi dari Lembaga Penelitian” tuturnya.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021