Magetan (ANTARA News) - Anis Wulan Agustin (23), seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Pragak, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dilaporkan tewas karena sakit di tempatnya bekerja di Singapura.
Ibu korban, Katiyem, Selasa mengatakan, kabar kematian anaknya diketahui melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Bumi Mas Kathong Besari yang beralamatkan di Ponorogo pada tanggal 20 Agustus 2010.
"Setelah dapat telepon, ada petugas dari PJTKI yang datang ke rumah menegaskan kabar duka tersebut," ujar Katiyem sambil menahan tangis.
Anis Wulan Agustin, tewas pada tanggal 19 Agustus setelah baru sebulan bekerja di Singapura sebagai pengasuh anak di Singapura. Gadis yang baru berulang tahun pada 10 Agustus lalu ini baru pertama kali bekerja di luar negeri hingga akhirnya meninggal.
"Keluarga terus terang belum dapat percaya dengan kabar duka ini. Apalagi, alasan kematian Anis sangat janggal, yakni sakit keras. Padahal dua hari sebelumnya, yakni tanggal 18 Agustus, Anis sempat menelpon ke rumah dan memberitahukan kondisi terakhirnya," kata Katiyem.
Berdasarkan penjelasan dari pihak PJTKI yang memberangkatkan, korban dikabarkan tewas karena jatuh terpeleset di kamar mandi. Namun, kepastian kabar tersebut belum ada, karena hasil pemeriksaan dari rumah sakit setempat belum selesai dilakukan.
"Rencananya jenazah Anis akan dipulangkan pada Rabu (25/8) setelah hasil pemeriksaan dari rumah sakit setempat selesai dilakukan," kata ibu dua anak ini.
Anis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Ia merupakan anak dari pasangan Darmin dan Katiyem. Kini, pihak keluarga masih menunggu kedatangan jenazah Anis ke rumah duka. Keluarga juga menuntut kejelasan atas kasus kematian janggal yang dialami oleh Anis.
"Keluarga ingin jenazah Anis segera dipulangkan. Selain itu, keluarga juga menunut kejelasan penyebab kematian Anis," kata paman korban, Suwarno.
Sementara, pantauan di rumah duka, keluarga telah mempersiapkan kedatangan jenazah korban, termasuk sejumlah kerabat yang terus berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa. Mereka hanya berharap pemerintah setempat ikut turun tangan mencari peyebab pasti kematian pahlawan devisa negara ini.
(ANT-072/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010