Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Kepala Mandiri Sekuritas Destry Damayanti memperkirakan puncak inflasi akan terjadi pada Agustus yaitu mencapai 6,7 persen hingga 7 persen secara tahunan (year on year).

"Kalau belanja konsumen tumbuh sangat tinggi selama Agustus inflasi bisa 1,2 persen month to month (bulanan), kalau year on year (tahunan)-nya Agustus bisa 7 persen tidak persen," katanya di Jakarta, Senin.

Tekanan inflasi diperkirakan akan terus meningkat di paruh kedua 2010 sehingga inflasi akhir tahun akan mencapai 6,3-6,5 persen "year on year".

Menurut dia, momentum pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus berlanjut yang didukung oleh ekonomi domestik yang kuat dan mulai membaiknya ekspor Indonesia.

"Perekonomian diperkirakan tumbuh sebesar 6 persen di 2010 berlanjut ke 6,3 persen di 2011," ujarnya.

Pada tahun depan, Indonesia juga berpeluang untuk kembali ke tingkat "investment grade", yang akan membuat Indonesia menjadi target investasi asing.

"Dimulai dengan `financial investment` yang bersifat jangka pendek kemudian `real investment` yang bersifat jangka medium dan panjang," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan ini mencatat inflasi Juli 2010 sebesar 1,57 persen yang didorong oleh kenaikan harga bahan pangan terutama beras serta kenaikan biaya perpanjangan STNK.

Inflasi Januari-Juli menjadi 4,02 persen. Sedangkan secara "year on year" inflasi Juli mencapai 6,22 persen.

Kepala BPS Rusman Heriawan menjelaskan bahwa kenaikan harga beras menyumbang 0,26 persen terhadap inflasi bulanan. "Biaya perpanjangan STNK mungkin luput dari perhatian kita, sumbangannya terbesar kedua setelah beras yaitu 0,21 persen," ujarnya.

Selain beras, bahan makanan lain yang menyumbang cukup besar pada inflasi Juli adalah ayam ras (0,17 persen), cabai merah (0,16 persen), bawang putih (0,1 persen), cabai rawit (0,08 persen), telur ayam ras (0,07 persen), bawang merah dan ikan segar masing-masing 0,07 persen, sementara kentang, angkutan udara, nasi dan lauk pauk, kontrak rumah dan gula pasir masing-masing menyumbang 0,02 persen. (E014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010