"Rata-rata di daerah pesisir yaitu Kecamatan Padangcermin dan Punduhpidada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung semakin banyak tambak yang ditinggalkan oleh pemiliknya karena serangan penyakit terhadap udang yang dibudidayakan oleh mereka," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, Harun Trijoko, di Pesawaran, Senin malam.
Ia mengatakan, tambak yang tidak digunakan lagi secara otomatis tidak akan terurus, sehingga semakin banyak nyamuk yang berkembangbiak di daerah tersebut.
"Aktivitas sebagian warga pun tidak terlepas dari kawasan tambak tersebut sehingga faktor terjangkitnya malaria sangat tinggi," kata dia.
Menurutnya, selain faktor banyaknya tambak tidak terpelihara, faktor kebiasaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan menjadi salah satu penyebab tingginya kasus malaria.
Selain itu, kata dia, kawasan hutan bakau juga merupakan sarang atau habitat dari nyamuk tersebut, namun semakin banyak hutan mangrove yang dihancurkan maka nyamuk-nyamuk tersebut pindah di sekitar rumah warga.
"Kebiasaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan untuk mandi di sungai kecil pada sore hari menjadi faktor cepatnya penyebaran penyakit malaria," kata dia.
Ia mengatakan, terjangkitnya penyakit malaria antarmanusia rentan terjadi saat warga desa berkumpul dan mandi bersama di sungai kecil yang ada di daerah itu.
"Masa penyebaran malaria rentan terjadi saat aktivitas mandi di sungai pada saat sore hari menjelang malam dan kebanyakan warga desa mandi pada waktu tersebut," terang dia.
Menurut dia, selaku instansi pemerintah yang mengurusi masalah kesehatan, pihaknya telah melakukan berbagai sosialisasi di desa-desa yang masih mempertahankan kebiasaan mandi di sungai.
"Kami telah menyosialisasikan kepada warga desa mengenai risiko mandi di sungai terutama pada sore hari dan mengharapkan untuk menghindarinya," kata dia.
Kegiatan sosialisasi terhadap warga desa, sambung dia, merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Pesawaran melalui dinas kesehatan untuk mencegah penyebaran malaria di daerah tersebut. (ANT-050/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010