Apakah Astra akan sukses dan bisa menambah lebih banyak lagi atau tidak, itu tentunya adalah sesuatu yang kita cermati, pelajari, dan monitor terus dari waktu ke waktu

Jakarta (ANTARA) - PT Astra International Tbk terus mencermati peluang investasi di ekonomi digital, terutama pada perusahaan-perusahaan rintisan atau startup yang memiliki prospek baik dan visi misi yang sejalan dengan perseroan.

Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan, selain memodernisasi bisnis, emiten berkode saham ASII itu selalu melihat peluang untuk melakukan inovasi bisnis secara organik terkait dengan digital.

"Astra tentunya juga melihat potensi-potensi untuk juga berpartisipasi di digital economy, salah satunya investasi di startup-startup yang kami lihat itu secara bisnis modelnya kami suka, kemudian punya prospek yang baik karena secara visi misi juga sejalan dengan Astra. Founder-nya juga memiliki visi misi yang sama dan kita lihat juga potensi sinergi juga ada. Dan, paling penting kita lihat akan ada added value yang diberikan buat Indonesia. Jadi, dari situ Astra tertarik," ujar Tira saat diskusi virtual dengan awak media di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Astra International bakal bagi dividen sebesar Rp4,6 triliun

Tira menyampaikan untuk tahun ini, perseroan sudah berinvestasi di Sayurbox dan Halodoc masing-masing 5 juta dolar AS atau setara Rp70 miliar (kurs Rp14.000 per dolar AS) dan 35 juta dolar AS atau setara Rp490 miliar. Sebelumnya, Astra juga telah menyuntik dana ke Gojek dengan total mencapai 250 juta dolar AS atau Rp3,5 triliun.

"Apakah Astra akan sukses dan bisa menambah lebih banyak lagi atau tidak, itu tentunya adalah sesuatu yang kita cermati, pelajari, dan monitor terus dari waktu ke waktu," kata Tira.

Baca juga: Astra ungkap alasannya berinvestasi di Halodoc dan Sayurbox tahun ini

Sementara itu, terkait dengan peluang kembali berinvestasi di bisnis perbankan, Tira mengatakan perseroan masih terus mencermati perkembangan ekonomi dan juga industri perbankan itu sendiri.

"Astra dulu pernah punya bisnis bank, kemudian, 2020 lalu Astra menjual kepemilikan di Permata bersama partner kami Standard Chartered. Sekarang, Astra fokus untuk jasa keuangan sektor ritel. Apakah Astra nanti ke depan akan masuk ke bisnis perbankan lagi? Itu pertanyaan yang saya tidak bisa jawab saat ini tapi yang bisa saya sampaikan Astra itu selalu me-review dari waktu ke waktu, ditinjau selalu strategi bisnisnya," ujarnya.

Menurut Tira, strategi bisnis bukan sesuatu yang sifatnya tetap, melainkan perlu menyesuaikan dengan dinamika ekonomi dan perkembangan industri. Perseroan pun terus memantau apabila ada potensi-potensi yang bisa digarap, tak terkecuali untuk bank digital.

"Ini adalah hal yang terus kita review dari waktu ke waktu. Saya tahu banyak orang bicara tentang bank digital, banyak artikel bicara mengenai fungsi branch atau cabang bank ke depan itu akan semakin berkurang karena orang sudah go digital semua. Ini adalah sesuatu yang dipelajari di Astra. Jadi, kami punya tim yang aktif me-review dari waktu ke waktu mengenai hal ini dan memberikan masukan juga kepada manajemen untuk melihat arahan strategi kita ke depan. Tapi, Astra tidak pernah tertutup untuk berbagai peluang untuk bisnis ini terus berkembang dan sustainable dalam jangka panjang," kata Tira.

Baca juga: Relaksasi PPnBM, penjualan ritel Toyota melonjak hingga 111 persen
Baca juga: Astra Agro Lestari raih laba bersih Rp833,1 miliar selama 2020

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021