"Komnas HAM melihat kasus pembunuhan terhadap rekan Ardiansyah ini masuk pelanggaran HAM, apapun alasannya polisi harus segera mengungkap tuntas kasus ini," katanya di Jayapura, Senin.
Ia menambahkan, komunitas jurnalis merupakan tulang punggung pembangunan, dimana salah satu sebabnya adalah jika tidak ada wartawan maka demokrasi di Indonesia akan mati. Atas dasar itu juga, kasus kematian Ardiansyah juga telah menjadi perhatian masyarakat Indonesia dan dunia Internasional.
"Ini pekerjaan besar yang harus diselesaikan polisi," ujar Murib.
Komnas HAM Perwakilan Papua, sambung Matius Murib, telah membentuk tim investigasi terkait tewasnya Ardiasyah.
"Kebetulan saya sendiri berada di kabupaten Merauke, saat korban diduga dibunuh, dan saya sempat melihat jasadnya," lanjut Murib, yang juga ikut memantau aksi damai di markas Kepolisian Daerah Papua, Senin.
Ardiansyah Matrais dilaporkan hilang sejak Rabu, 28 Juli 2010. Dua hari kemudian, ia ditemukan tewas mengapung di Sungai Gudang Arang Merauke. Tewasnya Ardiansyah bertepatan dengan maraknya teror pada wartawan di Merauke.
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) dalam siaran pers Jumat (20/8) lalu menyimpulkan, Ardiansyah Matrais, masih hidup saat dilempar ke Sungai Maro di Merauke. Dari hasil otopsi itu pula, diketahui wajah Ardiansyah bengkak diduga akibat penganiayaan.
Sebelum menjadi wartawan, Ardi bekerja sebagai karyawan konsultan listrik di Merauke dari tahun 2005-2007. Ia kemudian menjadi wartawan pertama kali di mingguan Papua Fokus pada Februari-Juli 2008. Ia juga terlibat sebagai freelance di ANTV dari November 2008 hingga Maret 2009.
Dalam perjalanan karirnya, ia sempat bekerja di Top TV Papua dan Tabloid Mingguan Jujur Bicara (JUBI) dari Maret 2009 hingga April 2010 di Jayapura, dan akhirnya kembali ke Merauke dan menjadi wartawan Merauke TV hingga ditemukan tewas dibunuh.
Menyikapi kasus ini, puluhan wartawan di Jayapura, pada Senin siang melakukan aksi damai di Mapolda Papua, menuntut pengusutan tuntas dari pihak kepolisian.
Hanya saja, puluhan wartawan itu harus kecewa karena Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Papua, Brigjen Pol, Drs, Arie Sulistyo, menolak menemui mereka, padahal sebelumnya Wakapolda Papua berjanji menemui puluhan wartawan itu selesai melakukan ibadah siang.
(T.KR-MBK/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010