Jakarta (ANTARA) - Bisnis layanan pendukung (service provider) Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dinilai sangat potensial seiring posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Potensi tersebut ditunjang berjalannya vaksinasi COVID-19 oleh pemerintah, pembukaan ibadah haji untuk jemaah luar Arab Saudi, dan rencana Arab Saudi menaikkan kuota jemaah umrah dari 8 juta menjadi 30 juta per tahun pada 2030.
Bisnis itu mencakup layanan penginapan atau hotel, penerbangan, dan land arrangement (LA) untuk segala keperluan haji dan umrah di Tanah Suci, Mekah, Arab Saudi.
Baca juga: Jamaah umrah kembali ke Mekkah
"Bisnis service provider perjalanan haji dan umrah sangat potensial. Kebutuhan para jamaah yang datang dari berbagai negara ke Tanah Suci hampir tiada henti sepanjang tahun," kata President Direktur PT Arsy Buana Travelindo (ABT) Saipul Bahri, melalui siaran pers, Selasa.
Menurut dia, total penduduk muslim Indonesia mencapai 215 juta atau 87 persen dari populasi dan 24 persen dari total dunia. Setiap tahun -- dalam kondisi normal -- sebanyak 221 ribu jemaah haji Indonesia berangkat ke Arab Saudi.
Dari jumlah itu, sebanyak 204 ribu merupakan haji reguler dan sisanya 17 ribu haji VIP.
Jumlah pendaftar haji, kata dia, terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga lama antrean terus bertambah. Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag), antrean terlama dialami calon jemaah haji Kalimantan Selatan, yakni 34 tahun, sedangkan terpendek Maluku, 12 tahun.
Saat ini, dia menuturkan, terdapat 323 PIHK dan 1.016 PPIU. Mereka adalah mitra bisnis dari perusahaan layanan pendukung haji dan umrah seperti ABT.
Baca juga: Kemenag harapkan PPIU menjadwal ulang pemberangkatan jamaah umrah
Dia menambahkan, Arab Saudi sempat menutup haji dan umrah pada 2020, akibat pandemi COVID-19. Namun, tahun ini, Arab Saudi telah membuka ibadah haji dari luar negeri, dengan sejumlah persyaratan yang salah satunya adalah vaksinasi COVID-19.
Saipul pun berharap hal itu dapat diikuti dengan pembukaan kembali ibadah umrah.
Berdasarkan data Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), jumlah jemaah umrah asal Indonesia mencapai 948 ribu pada 2018-2019 atau 1440 hijriah dari total 4,4 juta jemaah.
Indonesia berada di posisi kedua penyumbang jemaah umrah dengan kontribusi 21,44 persen, di bawah Pakistan. Saat ini, ada sekitar 100 ribu calon jemaah umrah asal Indonesia.
Melihat potensi itu, ABT siap menjadi perusahaan penyedia layanan wisata dan religi amanah. Saat ini, ABT memiliki tiga hotel di Mekah dan Madinah. Total kamar yang tersedia mencapai 889 per bulan.
Di bisnis tiket, dia menerangkan, ABT menjalin kerja sama dengan Citilink dan Etihad. Adapun pada bisnis LA, ABT memiliki pengalaman selama lima tahun dan memiliki jaringan lokal kuat, termasuk fasilitasnya.
Beberapa nama besar di sektor PIHK dan PPIU, kata dia, menjadi mitra ABT, misalnya Madinah Iman Wisata, Sarana Umrah Haji, Satriani, Bastour, El Amien Tours, Forum Travel Partner Indonesia, Al Razafa Group, serta Paksi Tours dan Travel.
Baca juga: Kafe-kafe di Paris kembali dibuka
Baca juga: Australia kembali buka 'gelembung perjalanan' dengan Selandia Baru
Baca juga: Tips wisata di kala pandemi menurut Nicholas Saputra
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021