"Jumlah saksi yang dimintai keterangan ada 17 orang, baik dari bank, tukang parkir, maupun fotografer, karena nyata-nyata ada kasus 365 (pencurian dengan kekerasan, red.)," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Brigjen Pol. Iskandar Hasan, di Jakarta, Senin.
Polri, kata dia, sekarang melakukan identifikasi dari sidik jari yang ditemukan dari tempat kejadian perkara (TKP) dengan membandingkan data dari sidik jari para residivis kasus perampokan.
"Kapolri menginstruksikan seluruh jajaran untuk menempatkan pasukan di tempat-tempat transaksi keuangan serta perbelanjaan dan toko emas sebagai bentuk tindak preventif," kata Iskandar.
Terkait dengan kasus perampokan tersebut, Kabareskrim Polri Komjen Pol. Ito Sumardi mengatakan, hasil penyidikan sementara mengungkapkan bahwa perampokan yang terjadi di Bank CIMB Niaga Medan menunjukkan para pelaku melakukannya dengan perencanaan yang matang.
"Anggota belum mengetahui motif perampokan karena kami masih belum bisa menangkap. Kendati demikian, Polri tentunya masih berangkat berdasarkan pengolahan data di lapangan," katanya.
Hasil dari analisa Laboratorium Forensik (Labfor) Polri, sementara sudah diketahui dari cara para pelaku perampokan memegang senjata adalah residivis yang telatih dilihat dari film-film dokumentasi yang didapat dan masih beranggapan bahwa ini adalah kasus pidana biasa, kata Ito.
Perampok tersebut mengobrak-abrik kantor bank swasta itu dan berhasil membawa uang hasil rampokan sekitar Rp200 juta.
Dari tempat kejadian polisi menemukan barang bukti, yakni selongsong peluru, proyektil, dan identifikasi foto pelaku dengan senjata menggunakan M 16, AK 47, dan pistol yang direbut dari personel Satuan Brimob Polda Sumut yang tewas, Brigadir Immanuel Simanjuntak.
(S035/D007/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010