Stunting merupakan salah satu gangguan tumbuh kembang yang terjadi pada anak akibat kurangnya azupan gizi dalam jangka waktu panjang.

Jakarta (ANTARA) - PT Sasa Inti bersama Rotary Indonesia menggelar pelatihan konselor untuk posyandu dalam rangka mendukung gerakan "Ayo Cegah Stunting" di Indonesia.

Stunting merupakan salah satu gangguan tumbuh kembang yang terjadi pada anak akibat kurangnya azupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan anak memiliki perawakan pendek dengan risiko kerusakan sel otak yang tinggi.

Head of Stakeholder Relation PT Sasa Inti, Rida Atmiyanti dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, menyampaikan pelatihan ini merupakan bentuk komitmen Sasa Inti untuk mendukung pemerintah menciptakan Indonesia sehat.

"Dukungan itu sejalan dengan misi Sasa yaitu menciptakan kebahagiaan melalui makanan yang mudah disajikan, lezat dan sehat," katanya.

Baca juga: Kepala daerah diminta manfaatkan TKDD untuk penurunan stunting

Ia menyampaikan, PT Sasa Inti menggandeng Rotary Indonesia District 3410 menggelar pelatihan untuk kader posyandu di tujuh desa se-kecamatan Tengah, Kabupaten Minahasa Selatan.

Dijelaskan, gerakan "Ayo Cegah Stunting" salah satunya dilakukan dengan memberikan pengetahuan akan pencegahan stunting, dasar-dasar konseling dan penggunaan alat peraga ACS berupa kalender gizi dan mistar pengukur tinggi badan sebagai indikasi angka stunting kepada para konselor yang berlokasi di desa Radey, Molinow, Tawaang Barat, Tawaang Timur, Tawaang Induk, Tenga, Pakuweru, staff Puskesmas, dan staff Dinkes Kabupaten Minahasa Selatan.

Pelatihan yang diadakan selama dua hari itu meliputi pelatihan teori dan praktik dengan menghadirkan pelatih dari tenaga ahli medis dan psikolog.

Baca juga: Setwapres ingatkan amanat Presiden dan Wapres soal penurunan stunting

Para konselor dilatih supaya dapat menduplikasikan ilmu yang didapat dari Team F2H (Frontiers for Health) kepada kader-kader posyandu di daerahnya masing-masing.

District Governor D3410 Roziana Wiguna mengharapkan masyarakat Indonesia mampu mendeteksi secara dini perkembangan gizi anak dalam rangka mencegah stunting.

"Kami berharap masyarakat Indonesia dapat lebih memahami dan mampu mendeteksi secara dini perkembangan gizi anaknya masing-masing serta menerapkan perilaku hidup bersih sehat dengan gizi seimbang" katanya.

Baca juga: Menpora: Stunting pengaruhi prestasi olahraga bangsa

Menurut jurnal yang diterbitkan oleh WHO di tahun 2019, kata dia, Indonesia menduduki urutan ke-4 dengan angka stunting tertinggi di dunia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2019, sebanyak 6,3 juta balita dari populasi 23 juta atau 27,7 persen balita di Indonesia mengalami gizi kurang dan gizi buruk hingga terindikasi stunting.

Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kekurangan akses pangan bergizi, ketidaktahuan mengenai gizi, hingga kurangnya akses air bersih, sanitasi, dan perilaku hidup bersih sehat.

Baca juga: BKKBN sebut edukasi dan intervensi gizi penting cegah stunting

Sementara itu, pendiri Team F2H yang juga pakar stunting di Indonesia, Prof. Dr. Anna Alihsyahbana, menyampaikan gerakan "Ayo Cegah Stunting" menerapkan edukasi bottom-up, yaitu dimulai dari keluarga.

Disampaikan keluarga merupakan tahap dasar yang dapat mendukung upaya keluarga dalam memastikan anak mendapatkan nutrisi yang seimbang.

Intervensi gizi seimbang sangat penting pada saat 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu dimulai saat ibu hamil sampai anak berusia 2 tahun.

Baca juga: Kerjasama dari hulu ke hilir demi cegah stunting

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021