Yogyakarta (ANTARA News) - Makanan tradisional khas Kotagede, Kota Yogyakarta `Kipo`,sampai kini masih tetap diminati oleh masyarakat, terlihat dari banyaknya permintaan atas makanan ini selama bulan puasa.

"Rasanya yang manis cocok sebagai hidangan pembuka puasa," kata salah seorang pembuat dan penjual `Kipo` Kotagede, Djito, Minggu.

Ia mengatakan selama bulan puasa dirinya banyak mendapat pesanan kipo sebagai hidangan takjil. "Dalam satu hari, permintaan meningkat sekitar 20 persen dibandingkan hari-hari biasa," katanya.

Menurut Djito, selain yangko, kipo juga menjadi makanan khas Kotagede sehingga keberadaannya masih tetap diminati meskipun saat ini banyak makanan modern yang dijual.

"Mungkin karena makanan ini bebas dari unsur-unsur kimia seperti bahan pengawet dan pewarna makanan karena dalam proses pembuatannya, kipo mempertahankan pakem tradisional. Warna hijau kipo pun bukan dari pewarna buatan, melainkan berasal dari perasan daun suji," katanya.

Djito mengatakan kipo terbuat dari campuran kelapa muda parut dan dicampur dengan gula jawa yang kemudian dibalut dengan kulit berbentuk lonjong pipih seukuran ibu jari berbahan tepung ketan yang dipanggang.

"Karena tidak menggunakan pengawet, makanan ini hanya mampu bertahan tidak lebih dari satu hari. Setelah lebih dari satu hari rasa kipo sudah berubah dan basi," katanya.

Menurut Djito kipo buatannya tidak hanya menjadi santapan kegemaran masyarakat umum, kalangan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pun kerap memesan kipo sebagai hidangan untuk acara-acara tertentu, selain itu Mantan Ibu Negara Republik Indonesia Tien Soeharto juga pernah mampir ke warung kipo miliknya.

"Ada satu versi yang menyebutkan bahwa dulunya kipo pertama kali dibuat oleh abdi dalem keraton sebagai makanan penyambut kerabat keraton yang berkunjung ke Kotagede," katanya.
(ANT160/H008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010