Angka inflasi cukup kuat tetapi penjualan ritel mungkin mulai melambat. Dan prospek ekonomi bergantung pada kebijakan fiskal, yang masih belum pasti

Tokyo (ANTARA) - Dolar berada di dekat level terendah dalam tiga bulan terhadap euro yang menguat kembali di perdagangan Asia pada Senin pagi, tertekan ketika investor memangkas taruhan awal bahwa Federal Reserve (Fed) AS mungkin segera siap untuk mengurangi stimulusnya.

Indeks dolar, mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, melayang di 90,027, sedikit di atas level terendah tiga bulan di 89,646 pada Jumat (21/5/2021).

Risalah dari pertemuan kebijakan Fed April yang dirilis minggu lalu menunjukkan minoritas pembuat kebijakan ingin membahas pengurangan pembelian obligasi atau tapering.

Namun peringatan berulang dari Ketua Fed Jerome Powell bahwa belum waktunya untuk membahas pengurangan pelonggaran moneter kuantitatif telah membuat banyak investor percaya bahwa akan membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum bank sentral benar-benar mengubah kebijakannya.

“Angka inflasi cukup kuat tetapi penjualan ritel mungkin mulai melambat. Dan prospek ekonomi bergantung pada kebijakan fiskal, yang masih belum pasti,” kata Ahli Strategi Mata Uang Senior Barclays, Shinichiro Kadota.

Gedung Putih mengatakan pada Jumat (21/5/2021) pihaknya telah mengurangi RUU infrastrukturnya menjadi 1,7 triliun dolar AS dari 2,25 triliun dolar AS, dengan pemotongan investasi di broadband dan jalan serta jembatan, tetapi Partai Republik menolak perubahan tersebut sebagai tidak cukup untuk sebuah kesepakatan.

Baca juga: Dolar menuju kerugian mingguan di Asia, investor abaikan "tapering"

Data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis Jumat (21/5/2021) malam menunjukkan spekulan sedikit meningkatkan posisi dolar pendek bersih mereka di minggu terakhir sambil menaikkan posisi net short dollar pada euro selama empat minggu berturut-turut.

Euro diperdagangkan pada 1,2179 dolar AS, turun dari level tertinggi tiga bulan di 1,2245 dolar AS yang disentuh pada Rabu (19/5/2021).

Beberapa analis mengatakan mata uang itu dibatasi oleh komentar dari Ketua Bank Sentral Eropa Christine Lagarde pada Jumat (21/5/2021) bahwa masih terlalu dini bagi bank untuk membahas penyelesaian skema pembelian obligasi darurat 1,85 triliun euro.

Namun, euro dan mata uang Eropa lainnya telah didukung oleh meningkatnya optimisme tentang pembukaan kembali ekonomi di kawasan tersebut dari penguncian Virus Corona.

Indeks manajer pembelian awal yang mencakup industri jasa dominan 19 negara zona euro, yang diterbitkan pada Jumat (21/5/2021), naik ke 55,1 dari 50,5 pada April, jauh di atas ekspektasi dan tertinggi sejak Juni 2018.

Baca juga: Rupiah akhir pekan ditutup menguat, ditopang surplus perdagangan RI

Pound Inggris berada di 1,4144 dolar AS, turun dari puncak tiga bulan pada Jumat (21/5/2021) di 1,4233 dolar.

Yen sedikit tergerak pada 108,92 per dolar.

Di pasar mata uang kripto yang bergejolak, Bitcoin turun lebih dari 7,0 persen selama akhir pekan menjadi terakhir diperdagangkan pada 34.157 dolar AS, setelah jatuh ke 31.107 dolar AS pada satu titik pada Minggu (23/5/2021).

Ether jatuh ke level terendah dua bulan di 1.730 dolar AS pada Minggu (23/5/2021), anjlok 60 persendari rekor puncak yang dicapai hanya 12 hari yang lalu, dan terakhir diperdagangkan pada 2.052 dolar AS.

Mata uang kripto telah jatuh setelah bos Tesla, Elon Musk mengatakan akan berhenti menerima Bitcoin dan setelah China memperketat tindakan keras terhadap mata uang digital.

Baca juga: Pasar saham Asia berhati-hati jelang laporan inflasi AS, Bitcoin jatuh

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021