Banjarmasin (ANTARA News) - Kapal pengangkut barang dan berbagai macam barang kelontongan dari Surabaya tujuan Banjarmasin tenggelam di perairan Bawean Laut Jawa.
Informasi yang dihimpun ANTARA Sabtu, kapal pelayaran rakyat KM Cahaya Mare diduga berangkat dari Surabaya pada Kamis (12/8) mengangkut pupuk milik PT Guautama Sinar Batuah Banjarmasin sebanyak 300 ton.
Kapal juga mengangkut beberapa jenis barang kelontongan dengan berat tidak kurang dari 200 ton.
Agen Pelra PT Muda Setia H Bandu Daeng Manase mengatakan, seharusnya kapal tiba di Banjarmasin pada Minggu (15/8), namun ditunggu hingga beberapa hari, kapal yang diperkirakan berumur 35 tahun tersebut tidak kunjung tiba.
"Saya baru dengar kabar pada Jumat (20/8) kapal yang juga mengangkut ratusan helm mewah dengan harga Rp250 ratusan helm mewah tersebut tenggelam di perairan Bawean," kata Pelaksana Lapangan PT Muda Setia Saipul Akhmadi.
Menurut inforamsi, kata Saipul, seluruh anak buah kapal (ABK) selamat setelah terkatung-katung di tengah laut.
Seluruh ABK berhasil diselamatkan nelayan yang memang banyak mencari ikan di daerah tersebut.
"Sampai saat ini saya belum mendapatkan informasi pasti berapa jumlah ABK tersebut, namun seluruhnya selamat dan kini telah kembali ke Surabaya," katanya.
Diperkirakan kerugian akibat tenggelamnya kapal tersebut mencapai miliaran rupiah, karena barang-barang yang diangkut merupakan barang kebutuhan untuk kelas menengah ke atas.
Belum diketahui secara pasti penyebab tenggelamnya kapal, namun diduga karena kapal dengan kapasitas 500 ton tersebut bocor sehingga tenggelam.
Selain itu, dalam beberapa pekan terakhir gelombang laut cukup ekstrem, kadang gelombang datang dengan tiba-tiba sehingga membuat nahkoda sulit mengendalikan kapal.
Salah seorang pengusaha helm yang barangnya ikut tenggelam dengan kapal Cahaya Mare, Rakhman mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mengetahui bagaimana nasib barang dagangannya tersebut.
"Berapa besarnya kerugian saya belum menghitungnya," kata Rahman.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010