"Bom bunuh diri, teror, tidak sejalan dengan ajaran islam sebagai Din. Esensi dari ajaran islam adalah da`wah," katanya saat menjadi pembicara dalam dialog "islam dan teroris" di Masjid Al Markas Al Islam Makassar, Jumat.
Din yang dimaksud adalah "din al-haqq" yaitu islam yang membawa ajaran dasar tauhid, akhlak, dan ajaran yang berhubungan dengan aspek jiwa, akal, materi, dan sosial.
Basri yang juga mantan Rektor Universitas Hasanuddin, mengemukakan, Islam adalah agama yang damai, yang harus berusaha menghindari radikalisasi, demi mencapai islam yang kappa atau menyeluruh.
Menurut dia, tuduhan barat yang menyebut islam dekat dengan kekerasan didasari dua peristiwa besar yakni, perang saudara di Afghanistan tahun 1978 yang akhirnya dimenangkan oleh Taliban, dan tragedi runtuhnya gedung kembar WTC di New York pada 9 September 2001.
Dari peristiwa itu, presiden Amerika Serkat, George Walker Bush langsung mengkampanyekan dan mengumumkan ke belahan dunia untuk memerangi teroris "World of Terorism", diawali dengan menyerang Afghanistan.
Ia juga meminta kepada ummat islam tidak terpancing dengan adanya upaya-upaya sistematis yang terus-menerus mendiskreditkan islam.
Sementara, pengamat sosial, Aswar Hasan, pada dialog tersebut mengemukakan, ada kekeliruan pandangan tentang islam dari dunia luar, dikarenakan kurangnya penjelasan secara menyeluruh tentang ajaran islam itu sendiri.
"Saya termasuk korban, saat diundang ke Australia untuk memberikan ceramah tentang islam dan politik. Saya ditangkap karena dianggap teroris. Alasannya hanya karena saya terlibat di Komite Persiapan Syariat Islam Indonesia (KPPSI)," ujarnya.
Aswar yang juga ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, isu terorisme dimunculkan oleh barat sebagai dampak dari benturan peradaban antara islam dengan barat.
Dia juga mengatakan, bahwa telah terjadi fitnah terhadap ajaran islam, yang memposisikan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW diposisi yang salah.
"Islam mundur karena meninggalkan kitabnya, sementara barat maju juga karena meninggalkan kitabnya," ujarnya. (ANT099/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010