Jammu, India (ANTARA News/AFP) - Militer India hari Kamis menuduh Pakistan melanggar gencatan senjata di sepanjang perbatasan dan berusaha mendorong militan muslim memasuki Kashmir dengan perlindungan tembakan.
Seorang juru bicara kementerian pertahanan mengatakan, pos-pos militer India di Kashmir selatan diserang tembakan senjata ringan dan mortir dari seberang perbatasan dalam bentrokan menjelang fajar dengan pasukan Pakistan yang berlangsung sekitar dua jam.
"Pasukan Pakistan melepaskan tembakan tanpa provokasi ke arah pos-pos India dan menyerang sejumlah posisi di distrik Poonch," kata Letkol Biplab Nath di Jammu, ibukota musim dingin Kashmir India.
"Prajurit-prajurit kami membalas tembakan itu," kata Naath, dengan menambahkan bahwa tidak ada korban di pihak India di Poonch, sebuah distrik perbukitan Kashmir sekitar 240 kilometer sebelah baratlaut Jammu.
Kantor berita PTI mengutip seorang komandan India yang mengatakan, puluhan mortir meledak di sekitar pos-pos India.
"Itu adalah pelanggaran gencatan senjata dan bertujuan menyusupkan militan ke sisi Garis Pengawasan ini," kata Brigadir S. Dua, menunjuk pada perbatasan de fakto yang memisahkan Kashmir antara zona-zona India dan Pakistan.
India di masa silam menuduh militer Pakistan melepaskan tembakan untuk melindungi militan yang menyusup. Islamabad membantah tuduhan itu.
Kedua negara itu menyetujui gencatan senjata di sepanjang Garis Pengawasan pada 2003 dan memulai proses perdamaian pada 2004. Sejak itu terjadi sejumlah bentrokan sporadis dan kedua pihak saling melontarkan tuduhan mengenai pelanggaran gencatan senajta.
Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.
Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010