Gempa susulan akan ada terus, dan bangunan yang mulai retak kalau bisa jangan dimasuki dulu, karena meskipun gempa susulan kecil bisa menyebabkan bangunan rubuh dan menimbulkan korban jiwaJakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bangunan yang retak akibat gempa saat situasi yang berpotensi terjadinya gempa susulan, usai gempa bumi yang terjadi di Blitar, Jawa Timur dengan magnitudo 6,2.
"Gempa susulan akan ada terus, dan bangunan yang mulai retak kalau bisa jangan dimasuki dulu, karena meskipun gempa susulan kecil bisa menyebabkan bangunan rubuh dan menimbulkan korban jiwa," ujar Deputi bidang Geofisika BMKG M Sadly dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat malam.
Sadly mengatakan meski gempa bumi susulan berkekuatan kecil, tapi harus diperhatikan bila menyebabkan bangunannya mengalami kerusakan atau strukturnya ada penurunan kekuatan, karena sebelumnya diguncang gempa.
BMKG meminta pemerintah daerah untuk segera memastikan konstruksi bangunan di pesisir selatan Jawa seperti gedung sekolah dan perkantoran sudah sesuai standar bangunan tahan gempa.
Sementara itu, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan meski kekuatan gempa tersebut tak menimbulkan potensi tsunami, namun dampaknya terhadap bangunan perlu diwaspadai.
"Berdasarkan data yang sudah masuk ke BMKG, gempa yang menurut hasil pemodelan tidak berpotensi menimbulkan tsunami itu menyebabkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan fasilitas umum dan rumah warga," kata Bambang.
Bambang mengatakan meski aktivitas kegempaan di selatan Jawa terdapat peningkatan, namun ia meminta masyarakat tidak perlu panik dan selalu waspada serta memperhatikan langkah evakuasi mandiri bila terjadi tsunami.
BMKG menyebutkan bahwa gempa di tenggara Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada Jumat pukul 19.09 WIB terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam Lempeng Eurasia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
BMKG semula menyatakan gempa yang pusatnya berada di laut sekitar 57 kilometer arah tenggara Kabupaten Blitar pada kedalaman 110 kilometer itu magnitudonya 6,2 namun kemudian memutakhirkannya menjadi 5,9.
Baca juga: Kepala BMKG: Jalur evakuasi tsunami pesisir Jawa belum memadai
Baca juga: Gempa Blitar dilaporkan menyebabkan 30 rumah rusak di Malang
Baca juga: BPBD Kabupaten Blitar data belasan bangunan rusak akibat gempa
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021