Jakarta (ANTARA News)- Seorang perempuan konsultan bisnis menuntut Google ke pengadilan setelah beberapa video dirinya diunggah seorang pengguna internet jahil beridentitas anonim ke situs YouTube.
Carla Franklin, seorang mantan model, menyatakan 'pribadinya telah dipermalukan dan dianiaya secara mental' setelah melihat beberapa komentar atas video berisi dirinya itu, yang antara lain memuat kata 'pelacur'.
Di pengadilan, ia mengatakan 'postingan' video dari orang beridentitas anonim itu telah merusak prospek kerjanya.
Franklin menuntut agar Google membuka identitas anonim pengunggah tersebut.
Komentar dan cercaan itu ditulis di bawah video-video kunjungan Franklin ke Afrika. Di video itu Franklin dengan penuh semangat membicarakan rencananya untuk bekerja bagi pembangunan internasional. Video itu direkam ketika ia sedang menyelesaikan pendidikannya di Ivy League Columbia Business Scholl di New York, Amerika Serikat (AS).
Tiga nama tersangkut masalah itu, greyspector09, JimmyJean008, dan JoeBloom 08, tetapi ada satu orang yang diyakini berada di belakang semua identitas rekayasa itu.
Pengacara Franklin percaya orang yang sama mengunggah cuplikan "menyeramkan" yang diambil tanpa izin dari film independen berbiaya murah yang turut diperani Franklin.
Franklin mengajukan tuntutan terhadap Google, sebagai pemilik laman berbagi video YouTube, dengan menyebut bahwa dirinya adalah korban dari pencemaran nama baik dan dia menuntut Google menyerahkan identitas pengunggah videonya.
Komentar-komentar yang 'dibuat untuk merugikan reputasi Nona Franklin dan merusak hubungan, pekerjaan, dan kehidupannya' ungkap dokumen tuntutan yang didaftarkan di Pengadilan Negeri Manhattan, AS. Dokumen itu menyebut komentar di YouTube telah merusak karir dan reputasi Franklin.
Franklin lulus pada 1999 dengan gelar di bidang biologi dan psikologi, lalu menghabiskan lima tahun bekerja paruh waktu sebagai model dan aktris sebelum melanjutkan pendidikan di Columbia.
"Orang merasa semakin lancang untuk mengatakan apa saja yang mereka inginkan ketika mereka memposting sesuatu dengan identitas anonim tetapi pasti ada konsekuensinya. Jika Anda akan memposting sesuatu tentang seseorang, Anda harus mempertanggungjawabkannya," kata David Fish, pengacara Franklin.
Perempuan yang kini bekerja untuk perusahaan konsultan organisasi nirlaba itu mengatakan ia tahu siapa di belakang semua itu tetapi ia ingin segalanya jelas sebelum menyebut nama seseorang di hadapan umum.
"Ia hanya ingin ini terungkap, berakhir, jadi siapa pun tidak akan melakukan ini lagi. Ia benar-benar tidak ingin semua hal negatif ini membebaninya kemana-mana," tegas Fish.
Sementara itu juru bicara Google mengatakan mereka tidak akan berbicara tentang kasus tertentu untuk melindungi kerahasiaan pengguna, tetapi tetap menaati "hukum yang tertulis maupun jiwa dari hukum".
Franklin bukan yang pertama menuntut Goggle untuk membongkar identitas penggunanya. Liskula Cohen, seorang gadis sampul majalah Vogue, pernah berhasil memaksa perusahaan itu tahun lalu untuk membuka identitas dari seorang pengguna anonim yang menyebut Cohen 'perempuan tua jahanam' dalam sebuah blog bernama 'Skanks of NYC'.
Sang bloger kemudian diidentfikasi, tentu dengan perintah pengadilan, Rosemary Port.
Serunya lagi, Port berencana akan menuntut Google ganti rugi senilai 15 juta dollar karena merasa kerahasiaan pribadinya telah dilanggar. (Ber/A038/BRT)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010