Kabul (ANTARA News) - Afghanistan memperingati hari kemerdekaan, Kamis sementara aksi grilyawan Taliban terus berlangsung, dengan korban tewas di pihak pasukan asing mencapai rekor dan pemerintah mendapat tekanan untuk mentaati janji-janji memberantas korupsi dan meningkatkan keamanan.

Hari ini 19 Agustus memperingati penandatangan Perjanjian Rawalpindhi tahun 1919 yang memberikan kemerdekaan penuh kepada Afghanistan dari Inggris -- walaupun negara itu tidak pernah menjadi bagian dari Kekuasaan Inggris -- setelah tiga perang berdarah.

Peringatan itu biasanya ditandai dengan satu parade militer dan acara-acar publik lainnya, tetapi kegiatan itu menrurun setelah satu seranga Taliban tahun 2008 yang diduga satu usaha pembunuhan terhadap Presiden Hamid Karzai.

Karzai,Kamis menghadiri satu acara yang sederhana di Kabul, meletakkan karangan bunga di tugu kemedakaan dekat istananya.

Upacara itu dihadiri oleh para pejabat Barat termasuk komandan pasukan asing, Jendral AS David Petraeus, yang menyaksikan Karzai memeriksa satu barisan pasukan kehormatan.

Taliban, yang digulingkan dari kekuasaannya tahun 2001 oleh invasi pimpinan AS adalah kelompok utama garis keras dibelakang aksi pemberontakan, juga memperingati hari kemerdekaan itu, berikrar mengalahkan pasukan NATO dan menyebut mereka "penjajah".

"Tentu saja, invasi oleh Inggris bukan hanya itu, Afghanistan mengalami banyak serangan dan invasi menjelang invasi Inggris dan setelah itu," kata sebuah pernyataan "dewan pimpinan" Taliban.

"Bangsa Afghanistan tidak pernah membiarkan pendudukan atas negara mereka sebelumnya dzn tidak akan pernah mentoleraninya sama sekali pada masa depan."

Karzai pulang ke Kabul, Rabu setelah menghadiri satu pertemuan dengan sejawat-sejawatnya dari Pakistan dan Rusia, di mana mereka sepakat untuk meneruskan proyek-proyek ekonomi gabungan untuk membantu mewujudkan stabilitas di kawasan yang bergolak itu.

KTT itu, yang juga melibatkan Tajikistan , menyetujui satu deklarasi bersama yang mendukung niat-niat para pemimpin bisnis dari Rusia, Pakistan dan Tajikistan untuk membantu Afghanistan membangun kembali prasarana yang hancur akibat perang termasuk dalam sektor-sektor energi dan transportasi.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev menjamu Karzai, Asif Ali Zardari dari Pakistan dan Emomaly Rahmon dari Tajikistan di daerah wisata Sochi, Laut Hitam,Rusia.

Gelombang perang sekarang Afghanistan, yang berlangsung 30 tahun, dimulai dengan invasi Sovyet Desember 1979 yag memicu perang 10 tahun dan berlanjut dengan perang saudara dan disusul dengan rezim Taliban tahun 1996-2001.

Karzai meningkatkan perhatiannya pada tetangganya yang juga termasuk Iran dan China, sementara tekanan meningkat dari para pendukung Baratnya untuk menepati janjinya untuk memperbaiki pemerintah.

Dipimpin AS, sekutu-sekutu Karzai cemas bahwa pemerintahnya tidak menepati komitmen-komitmennya mengenai masalah penting seperti korupsi dan keamanan, yang mungkin mengancam rencana-rencananya untuk mulai menarik pasukan.

AS dan NATO memiliki 141.000 tentara di Afghanistan yang berperang menghadapi Taliban yang tahun ini menewaskan 437 tentara asing.

Pada awal masa jabatan keduanya tahun lalu-- setelah pemilu yang dinodai kecurangan , sebagian besar menguntungkan dia, Karzai berjanji akan membrantas korupsi dan memikul tanggung jawab lebih luas bagi keamanan nasional.

Senator AS John Kerry, yang kehadirannya di Afghanistan menandakan betapa cemasnya Washington , menyebut korupsi sebagai "salah satu tantangan paling penting yang dihadapi Afghanistan.

"Saya kira dalam hari-hari kedepan tanggapan pemerintah Afghanistan terhadap usaha-usaha anti korupsi akan memperoleh keprcayaan publik dan menghasikan pemerintah yang bersih yang rakyat Amerika siap dukung dengan hasil pajak dan paling penting adalah dengan harta benda negara kami, nyaws para pria muda dan wanita," kata Kerry.

Selama di Afghanistan Kerry juga mengunjungi pasukan AS di selatan, pangkalan gerilyawan Taliban, demikian AFP.

(H-RN/B002/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010