"Teknologi bioremedial ini bila berhasil maka akan dipakai untuk membersihkan pencemaran minyak di Laut Timor," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, di Jakarta, Rabu malam.
Fadel memaparkan, teknologi bioremedial tersebut merupakan teknologi yang dihasilkan sendiri oleh orang Indonesia yang bertujuan untuk membersihkan laut yang telah kotor dan rusak karena tercemar.
Teknologi tersebut, ujar dia, merupakan bentuk teknologi yang aman karena berbeda dengan teknologi berbahan kimia yang digunakan Amerika Serikat untuk membersihkan pencemaran minyak di Teluk Meksiko.
"Teknologi berbahan kimia memang bisa membuat endapan tetapi akan mengganggu biota laut," katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan itu juga memaparkan, tidak tertutup kemungkinan bila teknologi bioremedial itu memang benar-benar efektif, maka dapat pula digunakan untuk menjernihkan air luapan lumpur yang muncul di Sidoarjo, Jawa Timur.
Salah seorang peneliti teknologi bioremedial, Edison Effendi, mengemukakan, teknologi itu menggunakan sekitar 20 macam mikrorganisme yang antara lain terdiri dari bakteri fitoplankton yang bisa mengurai pencemaran.
"Teknologi ini menggunakan mikroorganisme," kata peneliti yang juga mengajar di Fakultas Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti itu.
Sedangkan tahapan dari proses bioremediasi pencemaran minyak di laut adalah dengan mengetahui tingkat dan dampak pencemaran sehingga bisa menentukan mikroorganisme yang sesuai.
Setelah itu, mikroorganisme yang sesuai tersebut akan diberikan kepada air yang tercemar sehingga minyak pencemar itu bisa diserap dan terkumpul seketika.
Selanjutnya, hasil serapan minyak itu diberi nutrisi dan dimonitor dengan interval waktu sekitar tiga hari.
Sementara itu, mikroorganisme yang "memakan" minyak pencemar tersebut kemudian akan dimakan oleh ikan.
Namun, Edison masih belum bisa mengetahui kapan rencananya teknologi tersebut bisa digunakan untuk membersihkan pencemaran di Laut Timor.(*)
(T.M040/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010