Dunia dulu, sekarang, dan akan tetap dibanjiri dolar murah
Singapura (ANTARA) - Dolar tertahan di dekat tonggak terendah di perdagangan Asia pada Jumat pagi dan menuju kerugian mingguan, ketika kekhawatiran awal investor tentang pembicaraan tapering dalam risalah Federal Reserve (Fed) surut - dengan tapering aktual tampak menjauh - sementara pemulihan pandemi mendorong mata uang lainnya.
Pada Rabu (19/5/2021) risalah dari pertemuan Fed April mencatat beberapa anggota komite berpikir bahwa jika ekonomi terus membaik, mungkin tepat, pada pertemuan mendatang, untuk "mulai membahas rencana untuk menyesuaikan laju pembelian aset".
Tetapi setelah rebound dari level terendah empat bulan terhadap euro karena hanya menyebutkan kebijakan tapering yang memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga awal, dolar telah turun kembali dan, pada 1,2225 dolar AS per euro, lagi-lagi menguji support utama sekitar 1,2345 dolar AS.
Indeks dolar berada di 89,795, hanya sedikit di atas level terendah tiga bulan di 89,686 yang dicapai sebelum risalah Fed diterbitkan. Indeks, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, sejauh ini turun sekitar 0,6 persen.
Baca juga: Sentimen risiko meningkat, dolar tergelincir ke terendah multi-bulan
Terhadap yen, dolar stabil di Asia pada Jumat di 108,84 yen, setelah turun sekitar 0,5 persen pada minggu ini.
Mata uang kripto juga kembali menguat, dengan Bitcoin pada 41.171 dolar AS berada di sekitar 37 persen di atas level terendah Rabu (19/5/2021).
"Sudah lebih dari 24 jam sejak pasar ketakutan oleh prospek penurunan pembelian aset Fed AS, tetapi setelah pepatah tidur di atasnya, suasana tampaknya kurang suram hari ini," kata analis ANZ dalam sebuah catatan. "Yang tampaknya masuk akal - bukan berarti The Fed berada di ambang keinginan untuk benar-benar bertindak."
Diskusi ke depan tentang tapering juga sudah tercermin dalam penghitungan obligasi pemerintah AS dan di pasar uang setelah penjualan besar-besaran obligasi pemerintah hingga Februari dan Maret, membatasi kenaikan dolar lebih lanjut dari risalah Fed.
Baca juga: Rupiah ditutup merosot, dipicu risalah bank sentral AS soal "tapering"
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan, turun menjadi 1,6340 persen semalam dan telah diperdagangkan antara sekitar 1,5 persen hingga 1,7 persen selama dua bulan, setelah melonjak lebih dari 80 basis poin pada kuartal pertama 2021.
"Dunia dulu, sekarang, dan akan tetap dibanjiri dolar murah," kata Ahli Strategi Societe Generale, Kit Juckes.
"Selama The Fed berbicara tentang tapering, obligasi pemerintah kemungkinan akan tetap tertahan di kisaran mereka dan jalur dolar dengan resistensi paling rendah akan terus jatuh, meskipun perlahan."
Di tempat lain di antara mata uang utama, pergerakan sedikit karena pedagang menunggu data penjualan ritel di Australia dan angka Indeks Manajer Pembelian di seluruh Eropa.
Baca juga: Yuan turun tajam 209 basis poin terhadap dolar AS
Dolar Australia dan Selandia Baru, yang mendekati tertinggi multi-tahun karena harga-harga komoditas yang tinggi dan pemulihan pandemi yang kuat memberikan dukungan, tampaknya menutup minggu ini dengan stabil.
Kiwi terakhir dibeli 0,7198 dolar dan Aussie pada 0,7773 dolar AS.
Sterling mendekati level tertinggi sejak 2018 karena tingkat vaksinasi yang tinggi mendukung pemulihan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan. Analis mengatakan angka penjualan ritel, serta PMI Mei nanti pada Jumat waktu setempat mungkin memberikan dorongan lebih lanjut.
Sterling terakhir diperdagangkan stabil di 1,4185 dolar AS.
Baca juga: Dolar "rebound" di Asia setelah risalah Fed buka diskusi "tapering"
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021