Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan identifikasi potensi energi terbarukan di daerah-daerah terpencil agar masyarakat bisa mandiri energi sekaligus menjaga lingkungan tetap lestari.
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Jumat, mengatakan banyak daerah terluar dan terasing masih menggunakan energi fosil berupa genset diesel yang berkontribusi terhadap emisi karbon, sehingga mereka dituntut agar beralih menggunakan energi bersih melalui pemanfaatan potensi energi lokal.
"Badan Litbang Kementerian ESDM sedang mengidentifikasi potensi-potensi sumber energi terbarukan di daerah-daerah terpencil. Pada saatnya nanti bisa dilakukan implementasi untuk pemanfaatan agar daerah itu bisa mandiri energi," kata Arifin.
Merujuk laporan Kementerian ESDM, potensi energi baru terbarukan skala nasional tercatat mencapai lebih dari 400 gigawatt, namun jumlah yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 10,5 gigawatt saja atau sekitar 2,5 persen dari total potensi.
Dengan melakukan penelitian dan pemetaan potensi energi terbarukan tersebut, maka daerah-daerah terpencil diharapkan bisa menghasilkan energi bersih yang dapat mempercepat upaya pemanfaatan potensi sumber energi terbarukan.
Dalam upaya mengembangkan potensi energi terbarukan, pemerintah menjalin kerja sama dengan banyak pihak. Terbaru, lanjut Arifin, Kementerian ESDM melakukan diskusi dengan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) membahas sumber-sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.
"Kami baru saja melakukan urun rembug dengan ITB, ternyata ada juga sumber bayu yang memiliki kecepatan angin tinggi dan jumlahnya juga cukup besar. Lokasinya ada di wilayah utara perairan Indonesia," ujar Arifin.
Sebagaimana diketahui, proyek pengembangan energi terbarukan menjadi penting karena Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon pada 2030 sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional.
Pemerintah lantas menjadikan program pengembangan energi bersih sebagai cara dalam mencapai target barusan primer nasional sebesar 23 persen pada 2025, lalu meningkat menjadi 31 persen pada 2050.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021