Jakarta (ANTARA News) - Penangkapan dan penahanan pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Jawa Tengah, KH Abu Bakar Ba`asyir menyebabkan gangguan psikologis para santrinya.

"Kegiatan di pondok, alhamdulillah berjalan baik, doain yah cuma psikologis para santri saja yang ternganggu, tapi kalau kegiatan biasa-biasa saja," kata Direktur Utama Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Jawa Tengah, Wahyudin di Jakarta, Selasa.

Menanggapi penangkapan dan penahanan Ba`asayir, dia mengatakan bahwa pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin mau terus kayak begitu, karena hal itu merupakan komoditi.

"Para santri kesal dengan penangkapan ini," katanya.

Wahyudin mengungkapkan bahwa Ba`asyir jarang berada di pesantren yang memiliki 1.600 santri dan lebih banyak ke luar di tengah umat pengajian karena jadwalnya sudah tertata terus di luar pesantren.

"Siapa pun yang berusaha untuk menegakkan keadilan syariah yah nasibnya akan begitu, jangankan ustad Abu para nabi juga begitu," katanya.

Wahyudin mengaku juga heran bila Ba`asyir dihubungkan dengan membiayai dan merencanakan latihan teroris di Aceh, guna menjadikan Aceh sebagai basis Qaidah Aminah serta rencana peledakan bom pada beberapa wilayah di Indonesia.

"Ustad cuma ulama, cuma dai yang mengisi ceramah ke sana kemari, kalau ada pengakuan itu harus dibuktikan," katanya.

Ba`asyir ditangkap jajaran Polresta Banjar, tepat di depan markas Polresta Banjar, Senin (9/8) sekitar pukul 08.15 WIB. Ba`asyir kemudian dibawa dengan menggunakan mobil Nopol L 3752 ED dengan dikawal mobil polisi Nopol 45-VII dan tiba di Mabes Polri Jakarta, Senin pukul 12.35 WIB.

Polri mengatakan Ba`asyir ditangkap karena diduga menerima laporan rutin terkait rencana peledakan bom di Indonesia.

Ba`asyir, sempat memberikan ceramah di Masjid Al Ikhwanul Qorim, Jalan Babakan Priangan V No 34 Bandung, Jumat (6/8) malam, sebelum ditangkap Densus 88 di depan Mapolresta Banjar.
(S035/Z002)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010