ketupat dibawa warga ditaruh di hadapan warga yang juga duduk bersila

Kediri (ANTARA) - Warga Desa Mlati, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, merayakan tradisi Lebaran ketupat "kupatan" secara sederhana dengan hanya berdoa dan makan bersama di masjid desa setempat, karena kondisi pandemi COVID-19.

Ketua Takmir Masjid Miftahul Huda, Desa Mlati, Kecamatan Mojo, Mohammad Sholikin mengatakan, kegiatan "kupatan" di daerahnya biasa disebut kenduri ketupat. Acara ini dilakukan pada tanggal 8 Syawal, yang merupakan tasyakuran dan doa setelah menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

"Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun di masyarakat kami. Kegiatan ini juga untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Jika pada hari raya ada yang belum sempat bertemu dengan tetangganya, maka dapat berhalal bihalal, saling memaafkan saat kenduri ketupat ini," kata Solikhin di Kediri, Kamis.

Kegiatan perayaan kenduri ketupat di Desa Mlati, Kecamatan Mojo, ini dilakukan secara sederhana dan tanpa ada kegiatan yang besar dengan melibatkan orang banyak. Hal ini juga karena saat ini masih pandemi COVID-19, sehingga mematuhi pemerintah untuk tidak berkerumun orang banyak. Kegiatan dilakukan di masjid dengan doa bersama dan makan bersama.

"Dalam kegiatan ini, warga membawa ketupat lengkap dengan sayur dan lauknya. Seluruh ketupat dibawa warga ditaruh di hadapan warga yang juga duduk bersila. Setelah itu, imam masjid akan mengucapkan doa dan saling bermaafan," katanya.

Baca juga: Kepala daerah se-Jateng diminta waspadai potensi keramaian Syawalan

Baca juga: Dampak pandemi COVID-19, Pemkot Mataram tiadakan "Lebaran Topat"

Setelah itu, baru ketupat akan dibagikan ke warga. Saat itu, warga juga bersama-sama makan. Namun, mayoritas hanya jamaah laki-laki yang hadir dalam kenduri ketupat tersebut.

Selain itu, selain dikonsumsi dan dibawa ke masjid, ada juga yang sengaja dibagikan ke tetangga sekitar. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mempererat tali silaturahmi dengan para tetangga sekitar.

Ketupat tidak lepas dari Hari Raya Idul Fitri. Ketupat secara filosofi dalam bahasa Jawa, adalah kata "ketupat" atau "kupat" artinya mengaku lepat (mengakui kesalahan) dan "laku papat" (empat tindakan). Prosesi ini identik dengan acara sungkeman anak kepada orang tua, yang menandakan permohonan maaf anak dan bukti bahwa anak menghormati orang tua.

Ketupat merupakan makanan khas yang berasal dari beras yang dibungkus dengan daun janur yang dianyam berbentuk segiempat kemudian direbus. Tradisi ini biasa dilakukan di daerah-daerah sekitar pantura seperti Jepara, Demak, Kudus, Pati, termasuk di Jawa Timur.

Baca juga: Satgas COVID-19 perketat pengawasan objek wisata saat "Lebaran Topat"

Baca juga: Pedagang janur jadi incaran warga Mataram sambut "Lebaran Topat"

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021