PBB (ANTARA News/AFP) - Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon hari Senin mengungkapkan kekhawatiran atas penculikan yang terus berlangsung dan penganiayaan terhadap pegawai PBB dan pekerja bantuan di wilayah Darfur Sudan yang dilanda kekerasan.
"Sekretaris jendral tetap khawatir atas rangkaian insiden belakangan ini yang mendorong memburuknya situasi di Darfur," kata PBB dalam sebuah pernyataan.
Pemimpin PBB itu menambahkan, serangan-serangan yang berlanjut terhadap pasukan penjaga perdamaian UNAMID (Misi PBB/Uni Afrika) di Darfur serta "penculikan dan penyiksaan staf PBB dan pekerja kemanusiaan hanya akan memperburuk keadaan".
Ban mendesak pemerintah Sudan "menangkap dan mengadili orang-orang yang menyerang staf PBB dan pekerja kemanusiaan dan mengambil segala langkah yang memungkinkan untuk memastikan bahwa akses kemanusiaan bagi semua orang Sudan tetap terbuka dan ruang kemanusiaan dilindungi".
Sebelumnya Senin, pihak berwenang di negara bagian Darfur Barat mengusir lima pekerja kemanusiaan yang dipekerjakan di wilayah itu oleh PBB dan Palang Merah, kata beberapa pejabat bantuan.
Pekerja-pekerja bantuan itu, termasuk kepala kantor Organisasi Pangan dan Pertanian PBB di ibukota negara bagian itu, El-Geneina, diperintahkan berkemas dan meninggalkan wilayah tersebut menuju Khartoum, kata pejabat-pejabat itu.
Dua anggota senior badan pengungsi PBB juga diperintahkan oleh pihak berwenang Darfur Barat meninggalkan wilayah itu karena alasan-alasan yang tidak diketahui, kata seorang pejabat di Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR).
PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan.
Ketegangan meningkat di Sudan setelah Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada 4 Maret 2009 memerintahkan penangkapan terhadap Presiden Omar Hassan al-Bashir.
Jurubicara ICC Laurence Blairon mengatakan kepada wartawan di pengadilan yang berlokasi di Den Haag, surat perintah penangkapan terhadap Bashir itu berisikan tujuh tuduhan -- lima kejahatan atas kemanusiaan dan dua kejahatan perang.
Sudan bereaksi dengan mengusir 13 organisasi bantuan dengan mengatakan, mereka telah membantu pengadilan internasional di Den Haag itu, namun tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok-kelompok bantuan itu.
Sejumlah pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pengusiran badan-badan bantuan itu memiliki dampak yang sangat merugikan bagi rakyat Darfur.
Para ahli internasional mengatakan, pertempuran tujuh tahun di Darfur telah menewaskan 300.000 orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggal mereka. Khartoum mengatakan, hanya 10.000 orang tewas.
Maju-mundur proses perdamaian antara kedua pihak berlangsung sejak tahun lalu.
Pemberontak utama Darfur mengadakan dua babak perundingan dengan para pejabat pemerintah Khartoum di Qatar pada Februari dan Mei 2009.
Pada Februari tahun lalu, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menandatangani sebuah perjanjian perdamaian dengan pemerintah Khartoum mengenai langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang bertujuan mencapai perjanjian perdamaian resmi.
Pada Mei 2009, JEM sepakat memulai lagi perundingan dengan Khartoum yang dihentikannya setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.
Perundingan antara pemerintah Khartoum dan pemberontak Darfur untuk mengatasi konflik itu telah ditunda beberapa kali pada tahun lalu.
Perundingan yang dituanrumahahi Qatar itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober namun pertemuan tersebut ditunda sampai 16 November karena waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak Uni Afrika. Jadwal terakhir itu pun ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, kata penengah PBB dan Uni Afrika.
Kegagalan perundingan telah mengarah pada peningkatan kekerasan akhir-akhir ini di Darfur.
Bentrokan-bentrokan di wilayah itu menewaskan 221 orang pada Juni, sebagian besar akibat pertikaian antara suku-suku Arab yang bersaing, kata misi penjaga perdamaian PBB dan Uni Afrika (UNAMID).
Pada Mei, hampir 600 orang tewas dalam pertempuran, menurut sebuah dokumen internal UNAMID. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010