Bogota (ANTARA News) - Kolombia, Minggu, menolak tawaran untuk melakukan perundingan dengan kelompok gerilyawan paling kuat di negeri itu.

Pemrintah mengatakan bahwa tidak akan pernah ada dialog dengan kelompok gerilyawan yang melakukan kegiatan "terorisme".

"Kolombia tidak akan pernah berundingan dengan teroris, itu adalah pelajaran yang kami pelajari," kata Menteri Pertahanan Rodrigo Rivera dalam sebuah wawancara dengan harian El Espectador de Bogota.

"Tidak ada dialog dengan mereka yang beralih pada terorisme," kata Rivera.

Dalam sebuah pesan video yang diluncurkan satu pekan sebelum Presiden Juan Manuel Santos menjabat pada 7 Agustus, pemimpin Pasukan Revolusioner Bersenjata Kolombia (FARC) Alfonso Cano menawarkan untuk melakukan perundingan perdamaian dengan pemerintahan baru.

Dalam sebuah wawancara terpisah dengan jaringan radio RCN, Rivera mengatakan bahwa pasukan pemerintah tahu dimana Cano bersembunyi.

Dia "melarikan diri dari pasukan keamanan. Dia tidak dapat beristirahat ... kami tidak akan membiarkan itu," kata Rivera.

Setelah menjabat, Santos mengatakan bahwa dia tidak akan menutup pintu perundingan asalkan hal itu berdasarkan pada syarat para gerilyawan menyerahkan senjata, menghentikan penculikan, penyiksaan, penjualan obat terlarang dan intimidasi."

FARC diperkirakan memiliki 8.000 pejuang. Sedangkan kelompok gerilyawan sayap kiri Pasukan Pembebasan Nasional diperkirakan memiliki 2.000 pejuang.

Sebuah bom mobil meledak di Bogota, Kamis, melukai tujuh orang dan merusak ratusan gedung.

Kolombia dalam bertahun-tahun terakhir telah dilanda aksi kekerasan yang melibatkan gerilyawan sayap kiri, pasukan para militer pemusnah sayap kanan, dan kartel obat terlarang.

Santos, Jumat, mengatakan bahwa ia tidak yakin jika kondisinya cukup tepat untuk memulai perundingan dengan para gerilyawan, dan memerintahkan Rivera untuk menekan lebih jauh dengan gerakan ofensif.

Sebagai Menteri Pertahanan, Rivera bertanggung jawab sepenuhnya baik pada pasukan bersenjata dan polisi nasional.
(Uu.G003/H-AK/P004)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010