Sangata (ANTARA News) - Penangkapan tiga pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia oleh Tentara Diraja Malaysia pada Minggu (15/8) dikecam keras kalangan muda di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
"Malaysia kembali menginjak-injak martabat bangsa Indonesia dan hal semacam itu tidak boleh dibiarkan," kata Ketua Umum Angkatan Muda Demokrat Indonesia (AMDI) Kutai Timur Syeh Maulana, di Sangata, Senin.
Peristiwa tersebut, kata dia, diyakini tidak saja membuat marah sejumlah pemuda di Kutai Timur, Kalimantan Timur, namun juga semua elemen bangsa Indonesia.
"Hanya satu kata dari pemuda Indonesia yakni `perang`. Itulah satu-satunya jalan untuk menghentikan kebrutalan negara Malaysia," kata Syeh Maulana.
Menurut Syeh Maulana, Malaysia tidak menghargai Indonesia sebagai negara tetangga dan negara sahabat sesama anggota Perhimpunan Banga Bangsa se-Asia Tenggara (ASEAN).
Apalagi, kata dia, bangsa Indonesia saat ini akan memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-65, tepatnya pada Selasa, 17 Agustus 2010.
"Justru di saat bangsa dan rakyat Indonesia akan memperingati HUT Kemerdekaanya, Malaysia kembali memperlihatkan kebrutalannya," katanya.
"Maka dari itu, hanya melalui perang martabat bangsa Indonesia tidak diinjak-injak oleh negara lain, terutama Malaysia," tambah Syeh Maulana, mantan Ketua Majelis Pemuda Pancasila MPC-PP Kutai Timur.
Ia mengatakan bahwa jika terjadi perang Indonesia-Malaysia, pemuda Kalimantan Timur, khususnya Kutai Timur siap tampil di garda terdepan untuk menyerang, kata Syeh Maulana didampingi Sekretaris Ikatan Pemuda Demokrat Indonesia (IMD) Kutai Timur H Agus Aras
"Sebagai ketua umum AMDI Kutai Timur saya mengimbau pemerintah Republik Indonesia, khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Panglima TNI dan Menkopolkam serta Menteri Luar Negeri RI supaya tegas terhadap Malaysia," katanya.
"Jangan lembek terus sehingga negara lain semena-mena masuk mengganggu kedaulatan negara dan rakyat Indonesia," tambahnya.
Menurut dia, perilaku dari tentara Malaysia, meski mereka yang salah tetap saja menyalahkan petugas Indonesia.
Buktinya, kata dia, pegawai KKP Indonesia yang melakukan patroli di wilayah sendiri justru mereka ditangkap dan diseret ke Johor.
"Itu karena kita lemah," katanya.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010