Bengkulu (ANTARA News) - Bank Indonesia Cabang Bengkulu setiap minggu memusnahkan rata-rata 350 ribu lembar uang rusak untuk menjaga kondisi fisik uang yang beredar di Provinsi Bengkulu tetap masih bagus.
"Kami secara rutin memusnahkan uang yang rusak dan kusut nilainya mencapai Rp1 miliar perminggu dari seluruh mata uang yaitu mulai Rp5 ribu,Rp10 ribu dan Rp100 ribu," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Cabang Bengkulu Iman Causa, Senin.
Uang yang tidak laya edar (Utile) itu diracik sesuai kapasitas mesin tergantung uang pecahannya, dengan nominal masing-masing lebih dari Rp350 juta perminggu.
Uang dimusnahkan itu sebagian besar dalam bentuk pecahan Rp1000, Rp5 ribu, Rp 10 ribu hingga Rp20 ribu, sedangkan nilai uang Rp50.000 dan Rp100.000 pada umumnya masih dalam kondisi bagus.
Program tersebut dilakukan sejak Juli 2009 atau ketika dia menjabat di Bengkulu. Karena diketahui masih banyak uang yang beredar dengan kondisi jelek dan rusak.
Uang yang dimusnahkan itu, kata dia, berasal dari masyarakat yang dihimpun dari bank-bank yang tersebar se-Provinsi Bengkulu atau loket-loket yang dibuka BI dan bank lain untuk penukaran uang.
Saat ini uang yang beredar di Provinsi Bengkulu sebagian besar dalam kondisi bagus.
Dia mengharapkan, agar masyarakat memperlakukan uang secara baik, seperti tidak melipat sembarangan dan dimasukan dalam kantung celana, tetapi diletakan sewajarnya pada dompet dan disusun rapi agar tidak cepat lusuh dan kotor.
Untuk menghindari beredarnya uang palsu masyarakat juga dihimbau saat menerima uang harus ingat, 3 D yaitu dilihat, diraba dan diterawang.
Jika bukan uang palsu pada permukaan uang masih terasa tidak rata, bila dilihat warna tidak memudar dan kalau diterawang ada tanda-tanda khusus yang tersimpan dalam lapisan uang kertas tersebut.
Dalam setiap sosialisasi,imbauan dilihat, diraba dan diterawang terus diingatkan, guna menekan peredaran uang palsu dimasyarakat, selain itu banyaknya jenis uang baru yang beredar, penting diketahui masyarakat sehingga tidak disangka uang palsu," ujar Iman.
(Z005/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010