"Terbuka peluang produk dalam negeri atau inovasi dalam negeri bisa membuat antibodi kuantitatif ini dan bisa diproduksi dalam negeri," kata Direktur Pusat Pengkajian Industri Manufaktur, Telematika dan Elektronika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Andhika Prastawa dalam Webinar "Ekosistem Inovasi Teknologi Penanganan COVID-19: Peta dan Upaya Penguatannya", Jakarta, Rabu.
Pemeriksaan antibodi kuantitatif salah satunya bertujuan untuk mengukur kadar antibodi yang terbentuk setelah menjalani vaksinasi COVID-19. Melalui tes antibodi kuantitatif itu, dapat mengetahui dan memonitor respon imun terhadap vaksin.
Andhika menuturkan pemenuhan alat tes antibodi kuantitatif saat ini masih bergantung pada pasokan impor. Ketergantungan pada impor itu menjadi suatu masalah yang ingin diatasi Indonesia.
Baca juga: BPPT ciptakan tes cepat untuk deteksi antibodi pasca vaksinasi COVID
Baca juga: Kemarin, laju vaksinasi COVID-19 dan larangan ASN ke luar daerah
Andhika mengatakan dari berbagai sumber dan analisis pengolahan data sementara ditemukan bahwa permintaan tes antibodi kuantitatif setelah program vaksinasi COVID-19 sekitar 72,4 juta, dan ketersediaan kit deteksi antibodi kuantitatif saat ini berasal dari produk impor.
"Total kebutuhan setelah semua divaksinasi adalah 72,4 juta, dan ini akan dipenuhi semuanya oleh impor," ujarnya.
Dengan memperhatikan kebutuhan yang besar dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor, maka penting untuk menghasilkan kit deteksi antibodi kuantitatif yang merupakan karya anak bangsa Indonesia.
Diharapkan kit deteksi antibodi kuantitatif buatan anak bangsa nantinya dapat digunakan untuk penanganan pandemi COVID-19, dan digunakan secara masif di dalam negeri sehingga pada gilirannya dapat menggantikan produk impor.*
Baca juga: Presiden Jokowi minta BPPT terus berburu inovasi dan teknologi
Baca juga: BPPT kembangkan rapid antigen dan kit deteksi antibodi COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021