Baghdad (ANTARA News/AFP) - Seorang apoteker yang baru kembali dari program belajar di AS termasuk diantara sedikitnya 18 orang yang tewas dalam serangkaian serangan di Irak pada akhir pekan, kata sejumlah pejabat, Minggu.
Lebih dari 20 orang cedera dalam kekerasan itu, yang merupakan gelombang pembunuhan terakhir pada Agustus ketika umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa.
Peningkatan kekerasan itu menyulut kekhawatiran keamanan pada suatu masa ketika AS akan menarik ribuan prajurit pada akhir Agustus, yang telah diumumkan sebagai akhir dari operasi tempur AS di Irak.
Mohammed Ali al-Deen, yang kembali ke Irak kurang dari sebulan lalu setelah menyelesaikan studi farmasi di Washington DC, ditembak mati pada Sabtu malam di rumahnya di Noamaniyah di provinsi Wasit, Irak tengah, kata seorang polisi.
Menurut polisi itu, tiga orang bersenjata yang memakai topeng memasuki rumah Deen di pusat kota itu, yang terletak 130 kilometer sebelah selatan Baghdad, sekitar pukul 21.30 waktu setempat (Minggu pukul 01.30 WIB) dan menembaknya hingga tewas.
Tidak jelas mengapa Deen, pria lajang berumur 34 tahun yang tinggal bersama orang-tuanya dan belajar di George Washington University, menjadi sasaran pembunuhan.
Dalam serangan menjelang fajar, Minggu, tiga muslim Sunni ditembak mati ketika mereka meninggalkan masjid Abid Wais di Jurf al-Sakhr, 50 kilometer sebelah selatan Baghdad di provinsi Babil yang berpenduduk mayoritas Sunni, kata polisi.
Tiga orang lagi, termasuk polisi yang sedang tidak bertugas, tewas ketika minibus mereka diserang bom pada saat mereka berpergian menuju pusat kota Baghdad dari daerah timur, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.
Pemboman itu juga melukai 11 orang, termasuk tiga wanita, kata mereka.
Seorang polisi lalu-lintas dan sorang warga sipil tewas, dan seorang polisi terluka ketika bom pinggir jalan meledak di dekat stadion Al-Shaab di wilayah timur Baghdad, kata seorang dokter di rumah sakit Ibn Nafis.
Seorang lagi tewas dan tujuh orang cedera dalam ledakan tiga bom pinggir jalan di Baghdad utara, kata sejumlah pejabat kementerian pertahanan dan dalam negeri.
Di Mosul, seorang prajirit Irak tewas dan satu orang lagi terluka dalam penembakan di sebuah pos pemeriksaan di kota bergolak utara itu, 350 kilometer dari Baghdad, kata polisi.
Serangan-serangan itu terjadi setelah kekerasan Sabtu dimana enam polisi dan seorang militan penentang Al-Qaeda tewas dan satu polisi terluka, kata beberapa pejabat keamanan.
Kekerasan akhir pekan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian insiden mematikan yang terjadi sepanjang bulan ini, dimana lebih dari 100 orang tewas.
Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, lebih dari empat bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.
Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.
Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.
Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudian menurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan.
Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010