"Bagaimana petugas bisa mengupdate bila kami tidak dapat menerima data yang dikirim dari kabupaten termasuk melalui email," kata Silwanus Sumule kepada Antara di Jayapura, Selasa.
Ia menjelaskan dampak putusnya kabel optik bawah laut yang terjadi sejak 30 April 2021 sangat dirasakan karena tidak bisa mengupdate perkembangan kasus COVID-19 di Papua.
Silwanus Samule mengatakan, selain kesulitan memutakhirkan data perkembangan COVID-19, hal itu juga mengganggu perkembangan pemberian vaksin COVID-19.
Untuk perkembangan kasus COVID-19, kata Sumule, terakhir di input pada Jumat (7/5), yakni tercatat positif COVID-19 di Papua sebanyak 21.912 orang.
Dari jumlah tersebut 20.722 orang sembuh dan 788 dirawat di berbagai rumah sakit dan ada yang menjalani isolasi mandiri serta 424 orang meninggal.
"Mudah-mudahan jaringan telekomunikasi segera pulih sehingga komunikasi kembali normal," kata Silwanus Sumule, beraharap.
GM PT Telkom Papua Sugeng Widodo secara terpisah mengakui, berbagai upaya kini dilakukan guna menormalkan pelayanan telekomunikasi akibat putusnya kabel optik bawah laut antara Sarmi-Biak.
"Sejumlah layanan publik, seperti rumah sakit sudah ditingkatkan kapasitasnya dan PT. Telkom berupaya mendapatkan 1.000 MBPS sehingga layanan telekomunikasi bisa dirasakan lebih baik dibanding sebelumnya," kata Sugeng Widodo.
"Sejumlah layanan publik, seperti rumah sakit sudah ditingkatkan kapasitasnya dan PT. Telkom berupaya mendapatkan 1.000 MBPS sehingga layanan telekomunikasi bisa dirasakan lebih baik dibanding sebelumnya," kata Sugeng Widodo.
Pewarta: Evarukdijati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021