Ambon (ANTARA News) - Sebuah meriam kuno yang diperkirakan berusia ratusan tahun dan merupakan peninggalan abad 17 hingga 19 ditemukan di Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.

Meriam kuno tipe klasik dengan panjang 110 meter itu ditemukan warga Mangga Dua setelah terjadi longsoran talud setinggi 12 meter milik keluarga Lesilolo.

"Talud dan sebagian tembok rumah kami longsor saat hujan lebat Rabu malam lalu sekitar pukul 23.345 WIT, tetapi saat bencana itu terjadi meriam kuno ini belum terlihat," ujar Natalia Lesilolo, warga Mangga Dua yang rumahnya hancur sebagian akibat longsoran itu, saat ditemui ANTARA, Sabtu.

Dia mengakui, pada Kamis (12/8) keluarganya dibantu warga setempat memasang terpal untuk menutupi bagian longsoran itu, agar tidak terkena air hujan dan menimbulkan longsor lebih besar, tetapi tidak melihat meriam kuno berkaliber 9,5 milimeter itu.

Meriam kuno itu baru diketahui saat seorang warga hendak membetulkan terpal yang digunakan menutup longsoran pada Jumat (13/8) petang sekitar pukul 18.00 WIT.

"Kemungkinan karena tanah sudah lembek sehingga tidak bisa menahan berat meriam tersebut yang akhirnya jatuh ke bawah. Meriam tersebut juga masih berisi satu peluru di lubang larasnya," ujar Natalia.

Penemuan itu kemudian dilaporkan kepada Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat dan diteruskan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Maluku untuk menindak lanjutinya.

Kadisbudpar Maluku, Florence Sahusilawane yang mendapat laporan tersebut kemudian memerintahkan staf Bagian Museum Sejarah dan Kepurbakalaan (Musjarla) Maluku, Izac Aponno dan ahli tekno Arkeologi, Balai Arkeologi Ambon, Marlon Ririmase untuk turun ke lokasi penemuan.

"Berdasarkan hasil peninjauan dan penelitian sementara, meriam ini tipe klasik karena terdapat lubang untuk menyulut sumbu dan umumnya dipakai pada kapal-kapal perang," ujar ahli tekno Arkeologi, Balai Arkeologi Ambon, Marlon Ririmase, saat memeriksa kondisi meriam tersebut.

Setelah dilakukan pengukuran diameter bagian belakang meriam kuno itu yakni 31 cm, lubang laras 9,5 milimeter dan diameter mulut laras 23 centi meter.

Menurut Sahusilawane, Musjarla Maluku dan Balai Arkeologi Ambon akan melakukan penelitian lanjutan terhadap penemuan meriam kuno yang diperkirakan telah tersimpan ratusan tahun di dalam tanah bangunan rumah keluarga Lesilolo itu.

"Kemungkinan besar di bagian bawah rumah keluarga Lesilolo dulunya terdapat lokasi pengintaian dan pertahanan dan meriam kuno itu ditempatkan dilokasi itu," katanya.

Ia juga menyatakan pihaknya akan membicarakan penemuan meriam tersebut dengan pelaksana tugas Kepala Museum Siwalima Ambon, Nus Nendissa, untuk mengangkat dan membersihkannya sebelum kemudian ditempatkan di museum tersebut.

Sahusilawane juga berterima kasih kepada keluarga Lesilolo dan warga Mangga Dua yang langsung melaporkan penemuan tersebut kepada pihaknya, serta tidak melakukan kegiatan apa-apa di lokasi itu.

"Saya berterima kasih kepada warga Mangga Dua dan keluarga Lesilolo yang langsung melaporkan penemuan ini karena tidak mereka melakukan kegiatan apa pun di sekitar lokasi meriam itu ditemukan, sehingga mempermudah penelitian lanjutan," katanya.

Lokasi penemuan dan meriam tersebut saat ini telah diamankan pihak Dibudpar, Musjarla Maluku dan Balai Arkeologi Ambon, dan telah menghimbau warga untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di lokasi itu hingga penelitian lanjutan selesai dilakukan.

Penemuan meriam kuno itu akan bermanfaat menambah koleksi benda-benda kuno dan peninggalan sejarah masa lampau di Maluku, sekaligus dapat dijadikan bahan pelajaran sejarah bagi generasi muda di masa mendatang, kata Florence Sahusilawane.(*)
(T.KR-JA/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010