"Jadi, tidak ada alasan masyarakat untuk ragu-ragu mengikuti program vaksinasi," katanya saat memberikan pemaparan pada Dialog Produktif Selasa Tangguh yang disiarkan secara virtual oleh Kementerian Kesehatan dan dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Presiden berharap vaksinasi bisa mencakup 70 juta warga pada September
Baca juga: IDI ingatkan gelombang kedua lonjakan kasus COVID di Aceh
Siti Nadia mengatakan untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi sebanyak 181 juta target sasaran di Indonesia, dibutuhkan ketersediaan sekitar 426 juta dosis vaksin.
Jumlah tersebut, kata Siti Nadia, tentunya tidak akan sanggup dipenuhi oleh satu produsen vaksin saja. Bahkan, negara di dunia juga harus bersaing ketat memperoleh pasokan vaksin untuk penduduk mereka.
"Pada awalnya Indonesia memperoleh vaksin Sinovac, kemudian pada akhir Maret dan awal April 2021 kita kedatangan vaksin AstraZeneca dan Juni atau Juli 2021 dijadwalkan akan datang lagi vaksin lain seperti Novavax dan Pfizer," katanya.
Siti Nadia mengatakan pemerintah akan menamakan seluruh vaksin tersebut sebagai vaksin COVID-19, sehingga tidak lagi berbasis pada produsen.
WHO, kata Siti Nadia, menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif untuk melindungi orang dari risiko COVID-19 yang sangat serius, termasuk kematian, rawat inap, dan penyakit parah.
"Kita sebut semua ini sebagai vaksin COVID-19," katanya.
Penggunaan vaksin saat ini dalam kondisi mendesak, dimana pemerintah berikhtiar untuk mewujudkan kekebalan kelompok.
"Masyarakat jangan ragu mengikuti program vaksinasi. Manfaat dari program vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan dengan risikonya," pesan Siti Nadia.
Baca juga: Menko Airlangga: RI masuk 9 besar negara yang perealisasi vaksinasi
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021