Tokyo (ANTARA) - Ekonomi Jepang menyusut lebih besar dari yang diperkirakan pada kuartal pertama karena peluncuran vaksin yang lambat dan kebangkitan kembali infeksi COVID-19 menghantam konsumsi, memperkuat ekspektasi bahwa negara itu akan tertinggal dari mitra dagang utama dalam keluar dari pandemi.
Keadaan pembatasan darurat yang diperpanjang kemungkinan akan menjaga pemulihan apa pun di kuartal saat ini moderat, kata para analis, menambah tantangan bagi pembuat kebijakan yang berusaha menarik Jepang keluar dari kontraksi.
Ekonomi terbesar ketiga dunia itu menyusut 5,1 persen secara tahunan pada kuartal pertama, lebih besar dari rata-rata perkiraan pasar untuk kontraksi 4,6 persen, data pemerintah menunjukkan pada Selasa.
Penurunan tersebut mengikuti lompatan 11,6 persen di periode sebelumnya dan menandai kontraksi pertama dalam tiga kuartal.
Konsumsi swasta, yang membentuk lebih dari setengah ekonomi, turun 1,4 persen, lebih kecil dari rata-rata perkiraan pasar untuk penurunan 2,0 persen, data menunjukkan.
Belanja modal juga merosot 1,4 persen, mengacaukan ekspektasi pasar untuk kenaikan 1,1 persen.
Ekspor tumbuh 2,3 persen berkat rebound dalam permintaan global untuk produk mobil dan elektronik. Namun, ekspor bersih terpangkas 0,2 persen poin dari PDB, data menunjukkan.
Ekonomi Jepang berkembang selama dua kuartal berturut-turut setelah kemerosotan terburuk pasca perang pada April-Juni tahun lalu karena serangan awal dari pandemi.
Pemulihan yang didorong ekspor terhenti karena konsumsi terpukul oleh lonjakan varian baru virus corona yang memaksa pemerintah untuk memberlakukan kembali pembatasan hanya 10 minggu sebelum Olimpiade Tokyo.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021