kita juga perlu peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan edukasi hidup sehat, dan bagi penderita COVID-19 harus berhenti merokok

Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengajak masyarakat untuk melakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

"Hipertensi bila tidak dicegah atau dikendalikan akan mengakibatkan beban negara untuk menyediakan biaya pengobatan penyakit katastropik yang juga akan terus meningkat. Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat untuk melakukan Germas ini sangat kita butuhkan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Menurut dia, hipertensi dinyatakan sebagai penyakit paling berbahaya di masa pandemi COVID-19. Alasannya, data terkini penderita SARS-CoV-2 menunjukkan hipertensi menjadi komorbid tertinggi yaitu sebesar 50,1 persen dan dapat memperburuk kondisi penderita COVID-19.

Di samping hipertensi, kata Muhadjir, penyakit komorbid lain yang juga bisa menyebabkan kematian bagi pasien COVID-19 yaitu diabetes, penyakit paru-paru, jantung, dan demam berdarah dengue (DBD).

Baca juga: Makanan gizi seimbang bantu tingkatkan imunitas

Hipertensi juga dikenal sebagai pembunuh diam-diam atau "the silent killer" karena sering disertai tanpa ada keluhan. Padahal, hipertensi menjadi faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan demensia.

Bahkan data BPJS setiap tahun anggaran yang dikeluarkan untuk pengobatan penyakit tersebut bisa mencapai Rp5,4 triliun.

Dalam rangka memperingati Hari Hipertensi Sedunia yang jatuh 17 Mei 2021, Muhadjir mengajak masyarakat untuk melakukan Germas.

Germas adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen masyarakat melalui kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Baca juga: Jenis olahraga yang baik bagi penderita hipertensi

Beberapa kegiatan Germas meliputi, peningkatan aktivitas fisik yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja paling sedikit 30 menit setiap hari.

Istirahat tidur yang cukup selama enam hingga delapan jam untuk orang dewasa, tidak merokok, tidak minum alkohol atau narkoba, serta perbaikan gizi dengan mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.

“Di samping itu, kita juga perlu peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan edukasi hidup sehat, dan bagi penderita COVID-19 harus berhenti merokok,” katanya.

Pada intinya, menurut mantan Mendikbud tersebut, pencegahan dan pengendalian hipertensi harus dimulai dari diri sendiri. Setelah itu berlanjut dalam keluarga dan lingkungan kerja.

Baca juga: PERHI: Kurangi konsumsi garam untuk hindari risiko hipertensi
Baca juga: PERHI: Obat hipertensi tidak memperparah kesakitan akibat COVID-19
Baca juga: Tim UNS hadirkan telur asin rendah sodium untuk penderita hipertensi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021