Jakarta (ANTARA News) - Para penikmat buku "Eat, Pray, Love" karya Elizabeth Gilbert telah membeli 8 juta kopi buku yang berisi catatan perjalanan sang penulis dalam penemuan jati dirinya, cinta dan ketulusan.
Dan jika orang yang telah membaca buku laris itu berusaha datang ke bioskop untuk menonton filmnya, maka Sony Picture yang memproduksinya harus direpotkan oleh banyak hal yang mesti dipersiapkannya.
Keekonomian penerbitan buku dan Hollywood sungguh berbeda satu sama lain.
Hanya sedikit buku yang bisa dicetak lebih dari satu juta kopi, namun untuk membuat sebuah film menjadi laris, studio film perlu menjual jutaan tiket.
Anggap saja harga rata-rata tiket film sekitar 7,88 dolar AS (sekitar Rp75 ribu), maka film seperti "Toy Story 3" saja meraup peneriman sekitar 50 juta dolar AS.
Sony, yang akan meluncurkan film hasil adaptasi dari novel karya Elizabeth Gilbert itu Jumat ini, dan para pembuat film bertaruh bahwa "Eat Pray Love" akan menarik pemirsa lebih luas ketimbang hanya menarik kaum perempuan paruh baya yang dianggap penggemar utama memoar romantis itu.
Itu adalah tantangan yang dihadapi pula oleh studio, produser, sutradara, dan penulis film lainnya ketika mereka berusaha melayarlebarkan novel-novel berceritakan wanita, terutama novel-novel terkenal karya Nicholas Sparks.
"Eat Pray Love" sendiri menghadapi kompetisi yang keras.
Salah satunya dari film laga produksi Lionsgate "The Expendables" yang juga akan dirilis Jumat ini. Film ini diperkirakan bakal mendapat sambutan luar biasa dari pria dewasa sampai anak-anak sehingga semestinya berada di puncak di pekan ini.
Seperti telah diduga, "Eat Pray Love" menarik perhatian perempuan berusia 30an dan di atasnya, tetapi film itu ternyata juga sangat disukai perempuan berumur 20an, bahkan kalangan remaja.
Sony berharap film itu mendapat sambutan hangat penonton, pujian dan bertahan lama di puncak 10 film terlaris, seperti dialami film yang juga garapan Sony "Julie & Julia" setahun lalu.
Manakala "Eat Pray Love" difilmkan, pembuatnya telah memilih aktor dan aktris kawakan dengan harapan menjadi daya tarik penonton untuk menyaksikannya.
Bintang-bintangnya memang menjanjikan mendatangkan banyak penonton, sebutlah aktris berusia 42 tahun Julia Roberts yang memerankan Elizabeth Gilbert, sutradara Ryan Murphy ( yang juga menyutradarai "Glee"), produser Dede Gardner ("The Time Traveler's Wife"), James Franco yang memerankan guru yoga David Piccolo, Richard Jenkins yang berusia lawas memerankan penasihat spiritual Richard dari Texas, dan aktor Spanyol berusia 41 tahun Javier Bardem yang memerankan kekasih Elizabeth Gilbert, Felipe.
"Saya harap mereka bisa menarik segmen penontonnya masing-masing," kata Gardner.
Gardner menyebut film ini reflektif, tidak hanya karena para bintangnya, namun juga karena orang-orang di belakang kamera seperti Murphy dan sinematografis Robert Richardson (pemenang Oscar untuk film "The Aviator" and "JFK"). (*)
Los Angeles Times/Yudha/Jafar
Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010