Perlu mewaspadai dan antisipasi potensi lonjakan atau kenaikan kasus aktif, setelah pelaksanaan libur panjang Idul Fitri ini.

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 pascalibur Lebaran 2021 untuk menjaga pemulihan ekonomi terus berlanjut.

"Perlu mewaspadai dan antisipasi potensi lonjakan atau kenaikan kasus aktif, setelah pelaksanaan libur panjang Idul Fitri ini,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat konferensi pers daring usai rapat terbatas di Istana Merdeka, Senin.

Menko Airlangga mengatakan perlu dilakukan upaya untuk mencegah lonjakan kasus positif COVID-19 untuk mengantisipasi arus balik mobilitas masyarakat pascalibur lebaran.

Baca juga: Menko Airlangga apresiasi dedikasi TNI dalam penanganan COVID-19

Berdasarkan pemantauan dan hasil survei Kementerian Perhubungan, potensi lonjakan arus balik terjadi pada H+2 (16 Mei) dan H+7 (21 Mei), terutama untuk moda transportasi darat.

Karena itu pemerintah menerapkan kebijakan random test untuk perjalanan dari beberapa provinsi di Jawa yang menuju Jakarta dan mandatory check untuk perjalanan dari Sumatera menuju ke Jawa dan Jakarta.

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa berbagai indikator penanganan kasus COVID-19 di Indonesia menunjukkan tren perbaikan dan relatif lebih baik daripada indikator di tingkat global.

Baca juga: Indikator makro ekonomi tunjukkan pemulihan

Secara umum, perkembangan kasus konfirmasi harian dan kasus aktif masih terkendali. Tingkat kasus aktif 5,2 persen (lebih rendah dari Global 11,09 persen), tingkat kesembuhan 92,0 persen (lebih baik dari Global 86,83 persen), namun tingkat kematian 2,8 persen (masih lebih tinggi dari Global 2,07 persen).

Kasus aktif nasional juga konsisten mengalami penurunan sebesar 48,6 persen dari puncak kasus pada 5 Februari 2021. Dalam seminggu terakhir terdapat penurunan kasus aktif sebesar 7.595, sehingga per 16 Mei 2021 jumlah kasus aktif turun menjadi 90.800 kasus.

Kendati beberapa indikator yakni jumlah kasus aktif, penambahan kasus harian, BOR, kesembuhan dan kematian menunjukkan tren positif dan perbaikan, namun perlu kewaspadaan terkait dengan peningkatan signifikan jumlah kasus dan BOR di sebagian besar provinsi di Sumatera, serta ditemukannya beberapa kasus varian baru B.117 Inggris dan B.1.617 India.

Provinsi yang kasus aktifnya meningkat adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Maluku, Banten, NTB, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.

Kenaikan kasus aktif di Sumatera turut berdampak pada ketersediaan tempat tidur di rumah sakit atau BOR (Bed Occupancy Ratio) yang lebih tinggi dibandingkan nasional yang berada di level aman dan cukup rendah yakni 29 persen.

BOR di Sumatera Utara 57 persen, Riau 52 persen, Kepulauan Riau 49 persen, Sumatera Barat 49 persen, Sumatera Selatan 47 persen, Kepulauan Bangka Belitung 45 persen, Jambi 43 persen, Lampung 38 persen dan Aceh 34 persen.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021