Pekanbaru (ANTARA News) - Titik api yang merupakan indikasi terjadi kebakaran lahan dan hutan mulai bermunculan di sejumlah daerah di Sumatera, khususnya Provinsi Riau, meski cuaca kini dalam kondisi ekstrim yang didominasi hujan.

"Pemerintah harus terus waspada karena titik api masih terdeteksi yang bisa dikategorikan terjadi kebakaran lahan dan hutan," kata Staf Analisa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Marzuki, di Pekanbaru, Kamis.

Berdasarkan pantuan satelit NOAA 18, titik api terlihat selama dua hari terakhir. Titik api tercatat mencapai 13 buah di Pulau Sumatera pada tanggal 10 Agustus lalu, tujuh diantaranya berada di Riau, lima titik di Sumatera Utara (Sumut) dan sisanya di Jambi.

Kebakaran lahan dan hutan diduga terjadi di Kabupaten Pelalawan karena ditemukan empat titik api, Indragiri Hulu dua titik dan Rokan Hilir sebanyak satu titik.

Sehari setelahnya jumlah titik api menurun menjadi 11 buah, kali ini oleh Sumut dengan delapan titik, Nangroe Aceh Darussalam dua titik, sedangkan di Riau hanya terdeteksi satu titik yang berada di Indragiri Hulu.

Meski jumlah titik api menurun drastis, Marzuki mengatakan belum bisa dipastikan kebakaran telah padam karena karakteristik lahan gambut di Riau yang memendam api di perut bumi. Selain itu, NOAA 18 hanya bisa mendeteksi titik api apabila luasan kebakaran mencapai 20 hektare dan panas mencapai 40 derajat celcius.

"Kebakaran belum tentu padam meski titik api menurun. Seperti yang pernah terjadi di Pekanbaru pada tahun lalu, ketika kebakaran lahan tak terpantau satelit karena luasannya kurang dari 20 hektare padahal kenyataannya asap kebakaran sudah cukup merepotkan," ujarnya.

Berbeda dengan tahun 2009, kondisi cuaca pada Juni cenderung terjadi kemarau dan pada saat itu banyak kebakaran lahan dan hutan hingga aktivitas Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru sempat beberapa kali ditutup akibat kabut asap. Kondisi kali ini, lanjut Marzuki, agak berbeda karena kebakaran yang terdeteksi tak separah sebelumnya.

Saat ini pada Agustus 2010 terjadi fenomena global La Nina dengan intensitas moderat. Dampak El Nino sangat mempengaruhi suhu perairan di Indonesia.

Kondisi tersebut mempengaruhi cuaca pada Agustus 2010 yaitu memasuki masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Pada masa tersebut terjadi kemarau namun disertai dengan hujan atau dinamakan kemarau basah.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010