Bengkulu (ANTARA News) - Pasien terduga flu burung (avian influenza) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah M.Yunus Bengkulu bertambah satu orang sejak Selasa (10/8).
"Pasien tersebut rujukan dari Kabupaten Bengkulu Tengah," kata Kasi Pelayanan Medis Rawat Jalan dan Khusus Rumah Sakit Umum Daerah M.Yunus Bengkulu Syafriadi, Rabu.
Pasien dengan inisial Vi (27) tersebut menunjukkan gejala mirip flu burung yaitu sesak napas, demam tinggi, lemas, sakit tenggorokan dan ada kontak langsung dengan unggas miliknya yang mati mendadak.
"Dokter puskesmas tempat pasien tersebut dirawat merujuknya ke sini sebab dia sempat melakukan kontak dengan ayam-ayamnya yang mati mendadak," katanya.
Pasien yang dirawat selama satu malam tersebut sudah menurun demamnya tetapi untuk membuktikan dugaan penyakit yang dideritanya pihak RSUD M. Yunus berencana mengirimkan contoh cairan tenggorokan dan serum darahnya ke Jakarta pada Rabu (11/8).
"Untuk memastikan terkena flu burung atau tidak, lendir tenggorokan dan serum darah yang dikirim ke laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Jakarta karena peralatan di sini masih terbatas," ujarnya.
Sementara itu pasien sebelumnya Pu (17) yang dirawat sejak Jumat (6/8) dengan dugaan flu burung, setelah contoh cairan tenggorokan dan serum darahnya diperiksa, ternyata hasilnya negatif.
"Pasien tersebut hanya menderita pneumonemia (radang paru-paru biasa) setelah lendir tenggorokan dan serum darahnya diperiksa di Jakarta," katanya.
Sebelumnya pasien yang berasal dari Kelurahan Lempuing, Kota Bengkulu tersebut, diduga terkena flu burung.
"Dia kontak dengan unggas dan menderita demam yang tinggi, sesak napas, lemas serta radang tenggorokan," katanya.
Untuk mengantisipasi bertambahnya pasien dengan dugaan yang sama RSUD M.Yunus menyiapkan kamar khusus.
"Ada dua kamar khusus dengan empat tempat tidur untuk merawat pasien terduga flu burung," katanya.
Selain itu pihak rumah sakit juga menyiapkan pakaian khusus bagi dokter dan perawat yang menjaganya.
Ia mengatakan tidak ada dokter khusus untuk merawat pasien-pasien tersebut karena hanya ada dokter paru-paru dan penyakit dalam. (ANT213/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010